KU AMANNO
Sangat mengejutkan ketika suatu hari ada kabar tentang "situasi" Amanno terkini....
Pasca "pesta demokrasi" pilkada Malteng 2012 yang baru lalu, ternyata menyisakan banyak peristiwa di Amanno.
Fenomena tampilnya dua kandidat dari satu negeri pada awalnya adalah hal yang bisa dikatakan cukup membanggakan,karena paling tidak inilah hal penting yang akan dicatat oleh sejarah bahwa ada dua anak negeri yang akan ikut "bertarung" menuju nomer satu di daerah tingkat dua, tapi siapa sangka ternyata berbuntut sangat panjang dengan diwarnai oleh berbagai peristiwa yang membuat kita semua harus mengelus dada....(dan mungkin sedikit menahan geram...emgh!!!!).
Pertarungan politik ternyata mampu masuk merasuk menembus "kalbu" sebagian saudara-saudara kita yang kebetulan terbelah oleh kedua kubu, akibatnya mencemari hampir semua kegiatan dalam hubungan persaudaraan dan kebersamaan di seluruh negeri.
Tragis , bagaimana mungkin kita bisa dipecah belah oleh suatu kegiatan sesaat yang bernama "pesta demokrasi" yang notabene produk dari ilmu politik yang boleh disebut baru seumur jagung bila dibandingkan dengan umur negeri yang mampu bertahan sampai sekarang dalam balutan tata adat negeri secara turun temurun sejak moyang -moyang pertama pendiri negeri ini. Mengapa hal seperti ini mulai terabaikan?
Tapi menyalahkan "pesta demokrasi" sebagai biang keladi semua kejadian di negeri, mungkin juga bukan suatu hal yang tepat. Kita perlu meneropong hal-hal lain yang sangat mungkin ikut mempengaruhi. Apapun yang terjadi di negeri tentunya tidak lepas dari cara pikir ,dan cara kita dalam bersikap dan menyikapi sesuatu.
Barangkali saja ada azas yang terabaikan,atau luput dari perhatian kita, misalnya asas pemilihan yang kononnya harus luber (langsung,umum,bebas ,dan rahasia). Mengapa asas ini tidak berlaku di negeri? sebegitu eratkah hubungan antar saudara senegeri kita? sehingga tidak memungkinkan adanya ruang untuk sesuatu yang disebut "rahasia"? Mungkin saja seandainya asas luber ini berlaku dan dipegang teguh oleh semua orang, paling tidak kerahasiaan pilihan tetap terjaga sehingga satu sama lain tidak saling tahu siapa mendukung siapa. dan hal seperti itu semestinya bisa mengurangi ketegangan antara pihak-pihak yang berbeda pilihan.
Amanno belum siap menghadapi dinamika politik? ya...mungkin begitulah anggapan yang terlintas dari benak setiap orang manakala mengetahui apa yang sedang terjadi di negeri. Tidak seharusnya kegiatan politik bisa merusak tatanan kehidupan dan kekerabatan yang selama ini dikenal sangat kuat dibalut adat dan agama. kegiatan politik mestinya adalah sebuah pembelajaran saja bagi kita untuk menjadi lebih baik, dan menjadi lebih dewasa dalam berpikir, bersikap, dan bertindak, bukan malah sebaliknya menjadikan negeri porak poranda dan dilanda "perang saudara" berkepanjangan. Ini sungguh sangat memprihatinkan, kemana saja kearifan kita selama ini?
Seharusnya kita adalah bangsa yang tidak mampu direcoki apalagi dipengaruhi dan dipecah belah oleh siapapun dan oleh apapun. Dulu kita menggunakan batu karang sebagai simbol untuk menunjukkan eksistensi mental kita yang sangat kuat sekuat batu karang. Tapi entah apakah batu karangnya sekarang sudah mulai menua dan rapuh karena tergerus abrasi air laut sehingga tak lagi layak dijadikan simbol kekuatan???????
Negeri Louhata adalah negeri adat, ini (seharusnya)suatu kebanggaan tersendiri sekaligus harga mati!!!
Namun perlu pemahaman tersendiri tentang adat, supaya tidak teridentik dengan tradisional atau keterbelakangan.
Kegiatan adat bukan hanya sebatas upacara ritual yang tanpa makna. Perlu pemahaman mendalam bahwa semua kegiatan adat itu sesungguhnya mengandung muatan ajaran yang penuh simbolisasi, dari moyang-moyang terdahulu untuk kita semua anak cucu penerus negeri.
Melakukan ritual adat adalah wujud "kepatuhan" kita sebagai penerus negri dalam proses "transfer budaya" untuk anak cucu kita di kemudian hari. sehingga harus dilakukan dalam kontek kebersamaan yang melibatkan seluruh negeri, tidak bisa hanya oleh segelintir orang atau sekelompok tertentu saja. Ritual adat memang sangat eklusif dalam pranata kedudukannya, tapi tidak bisa eklusif dalam pelaksanaannya.
Adat negeri adalah milik kita bersama. Perjalanan negeri dalam sejarahnya yang panjang, apapun kisah yang mewarnainya, kita ini adalah produknya, dan kehidupan akan terus berjalan seperti itu.
Jadi pesannya apapun yang sedang kita lakukan mari kita lakukan dengan sebaik-baiknya cara untuk melakukannya. selalulah menimbang apakah yang kita lakukan itu sudah baik atau buruk, dan benar atau salah?