Upang Ranking 3 (3 Bintang)
Jumlah posting : 196 Lokasi (KOTA-PROV) : Bandung Registration date : 03.12.07
| Subyek: OLD & NEW Fri Dec 28, 2007 9:02 am | |
| SELAMAT TINGGAL 2007 & SELAMAT DATANG 2008 Beberapa hari lagi kita sudah harus merobek lembar terakhir penanggalan/kalender di rumah, di kantor, atau dimana saja kita meletakkannya, untuk segera digantikan dengan yang baru,tahun 2008.
Detik-detik terakhir menjelang pergantian tahun baru sudah menjadi “trend” dan merupakan moment sangat penting yang bagi sebagian orang menjadi suatu hal yang sangat sayang bila terlewatkan, sehingga perlu diagendakan secara khusus sejak jauh-jauh hari, bahkan mungkin sejak setahun sebelumnya. Banyak orang yang melalui malam pergantian tahun baru dengan berbagai acara istimewa seperti liburan akhir tahun dengan melakukan perjalanan ke luar negeri sekeluarga, ada yang cukup dengan tamasya di dalam negeri, makan-minum di café dan di warung kopi, ataupun sekedar kumpul dan ngobrol-ngobrol di rumah maupun di pinggir jalan sambil rame-rame meniup terompet, ada yang melaluinya hanya dengan nonton televisi di rumah, namun ada pula yang merasa perlu untuk tidak melakukan apa-apa. Kalau kita cermati, sebenarnya tidak ada yang berubah dalam proses kesehariannya, dalam proses pergantian siang dan malamnya pun tak ada yang istimewa. Pada hari-hari biasa jam 00.00 tetap menjadi titik pergantian hari baru, tetapi pada malam tahun baru jam 00.00 menjadi sangat istimewa,karena dinantikan oleh hampir semua orang di belahan bumi manapun.
Mungkin karena kehidupan sekarang sudah disetting sedemikian rupa dengan format tahun yang digunakan secara internasional, akhirnya semua orang mau-tidak mau ikut terhanyut dalam arus budaya global ini. Contoh sehari-hari yang sangat sederhana misalnya, kita sekolah,kuliah,dan bekerja pada hari-hari yang pada penanggalan ditandai dengan warna hitam (kadang biru-Red) dan libur manakala hari-hari di penanggalan itu berwarna merah (seperti hari Minggu dan hari-hari besar) sesuai dengan aturan penanggalan yang berlaku secara internasional ( tanggal satu di tempat kita, tanggal satu juga di belahan bumi lainnya, hanya ada perbedaan waktu beberapa jam saja). Bagaimana dengan kalender Hijriah yang notabene adalah kalendernya umat muslim? Karena setidaknya ada dua hari besar umat muslim yang ditentukan dengan kalender hijriah ini yaitu Idul Fitri dan Idul Adha, jangankan untuk berlaku internasional, untuk berlaku nasional ataupun lokal saja saat ini masih sulit. Untuk penentuan tanggal 1 syawal saja, terjadi perbedaan dimana-mana, dalam satu negara bisa berbeda-beda, akibatnya dalam satu Rt pun bisa berbeda,bahkan dalam satu keluarga antara bapak,ibu,dan anak-anaknya tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan itu.
Fenomena ini hendaknya menjadi perhatian,keprihatinan dan pemikiran bagi kita semua selaku muslim. Bagaimana mungkin bila kalender Hijriah saja belum mampu mempersatukan kita semua dan umat muslim dunia secara umum, lantas sebagai muslim kita ikut larut dalam proses perayaan tahun baru masehi yang penuh dengan nuansa hura-hura dan banyak menghamburkan tenaga dan biaya?.
Perayaan pergantian tahun baru, perlu kita sikapi dengan bijak, mungkin kita tidak bisa untuk melepaskan diri secara total dari belitan budaya global, paling tidak kita ikut libur pada tanggal 1 Januari (sebagai hari besar-Red). Tapi sebisa mungkin, tidak ikut larut dalam gegap gempita pesta malam tahun baru yang riuh rendah namun kurang bermakna. Sejenak mungkin kita bisa bertafakur atau merenungi apa dan bagaimana perjalanan kita selama setahun yang lalu, mengevaluasi mana yang sukses mana yang masih tertunda, mana yang baik mana yang belum baik, untuk ditata kembali dan dibenahi semoga di tahun depan dan dalam perjalanan ke depan selanjutnya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Bila ada silaturahmi yang tercerai berai akibat berbagai penyakit hati seperti iri,dengki,sombong,dll, semoga di perjalanan mendatang berbagai penyakit hati itu tidak lagi menyertai perjalanan kita. Supaya kita mampu meraih tali silaturahmi yang lebih banyak untuk diikat erat-erat dan menjadi bekal perjalanan sepanjang waktu. Beramai-ramai dalam sunyi dan mencoba menangkap hikmah untuk perjalanan selanjutnya, mungkin menjadi sebuah pilihan bijak yang akan lebih mendewasakan jiwa kita.
Peringatan malam tahun baru yang dipandang orang sebagai hari istimewa dan dirayakan dengan berbagai pesta pora yang meriah, bila dimaknai secara benar mungkin tidak lebih hanyalah peringatan atas peristiwa penyobekan lembar terakhir kalender kita (kecuali kalender digital yang tidak bisa disobek-Red) untuk diganti dengan kalender yang baru. “Selamat tinggal 2007 dan selamat datang 2008”. Bandung, Desember 2007 Upang Pattisahusiwa | |
|