...Buat Basudara yang mau berbagi... |
|
| Pelabuhan (Jembatan) di Amanno | |
|
+8Upang Manawalo'07 Darwis Fahmi Sallatalohy ucu sahupala Siti Aisah Constable Ichan Salatalohy Ghye Saimima 12 posters | Pengirim | Message |
---|
Ghye Saimima Ranking 2 (4 Bintang)
Jumlah posting : 223 Lokasi (KOTA-PROV) : Kebun Cengkih Ambon Registration date : 12.06.07
| | | | Ichan Salatalohy Admin
Jumlah posting : 428 Age : 36 Lokasi (KOTA-PROV) : Ambonessss But Now iN malank City Registration date : 10.06.07
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Wed Mar 05, 2008 5:47 pm | |
| Asli.... Ini Boleh... Hehehehehe | |
| | | Siti Aisah Constable Ranking 6 (0 Bintang)
Jumlah posting : 12 Age : 62 Lokasi (KOTA-PROV) : Brisbane Australia Registration date : 02.06.08
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Mon Jun 16, 2008 7:23 pm | |
| Ass w w Adik Ghye, di sebelah mana ini jembatan??? kapan di bangun??? tahun lalu beta pulang ka amanno tuh jembatan belom ada, kalau so ada pada waktu itu beta soambil poto lai jadi sekarang speed boat bisa langsung ka amanno dong !!! wah amanno tambah bagus lai. thank's for the foto's, i'm really enjoy it , I hope more to come. Wassalam siti constable | |
| | | ucu sahupala Ranking 5 (1 Bintang)
Jumlah posting : 92 Age : 52 Lokasi (KOTA-PROV) : Yogyakarta Registration date : 23.04.08
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Tue Jun 17, 2008 11:26 am | |
| GHY ALE BATU. INI YANG KATONG HARAPKAN YAITU SETIAP PULANG KAMPUNG HARUS BISA MENYAMPAIKAN SESUATU YANG TERBARU MENGENAI AMANNO DI FORUM INI. TAPI MUNGKIN GHY LUPA KA APA, MENGENAI INFO TERBARU TTG TEHEL MASJID DAN KONDISI PENDIDIKAN DI AMANNO TERUTAMA KONDISI FISIK SEKOLAH2-NYA | |
| | | Fahmi Sallatalohy Ranking 6 (0 Bintang)
Jumlah posting : 38 Registration date : 11.10.07
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Tue Jun 17, 2008 7:45 pm | |
| "37 TAHUN CUKUPKAH JEMBATAN KAYU?"
Sekecil apapun yang terjadi di kampung patutlah katong syukuri, dan jangan takajo kalau pembangunan di kampung kelihatannya banyak yang aneh2 menjelang pilkada. beberapa masalah muncul dengan pembangunan jembatan kayu ini: 1. jembatan ini prakarsa sapa? 2. anggaran dari mana? 3. Mengapa kayu? 4. Bukankah sudah hampir 37 tahun (usia beta) untuk kampung dengan populasi penduduk begitu maju, pembangunan jembatan kayu dinilai sesuatu yang membanggakan? 5. Bukankah jembatan ini tidak bedanya dengan "lalanno se ku midimuo, wesio yang waktu kia jaido tua siyoso lalanno (jambatang) na ilata?
cara iko ihanue amanno, walake sipahee "duma erta" (ha ha ha ha ha), 37 tahun itu usia pembangunan kalau untuk jembatan kayu, mungkin akang sujadi TOWER YANG BISA MENGHUBUNGKAN PULAU MOLANA DENG AMANNO, atau jembatan elauhade Saparua ke? mi eka kaako naa.
1. beta juga seng tahu ini prakarsa sapa, misalnya ini IKASSI pung mau, mungkin perlu dikritisi, tapi yang jelas, masih banyak hal yang tidak perlu dibangun mirip jembtan kayu. 2. kalau masyarakat amantaunno si anggaran umono, tau apa2 nia, iko ipala syukur amanno biar amamono, tapi masi bisa ihanue jembatan 3. eumula de tau epake semen nia? bisa ibangun iskolao, yang kebutuhannya terbatas pada anak didik, tapi untuk masyarakat umum tau bisa tua semen? patanaa ide sa itupa imei ke, halla la, jambatang ekelo ni koii? (miudidia naloo huttodu elahitu, biasa iyosi sallo amane)
lalu selama etti sallo? tau i usaha supaya ho amanno hulanno ke naloido etti seino yang di hoka si iskolah, sei yang inusu tentara, siuna guru, sei yang ioso buru mai,
ehi mi urus masitte, ehi iskolao, ehi lalanno, lalu ni mansiao sei yang ni urus, isa-isai urus nia koi......?
maksud hau, loloodu kan umono ni, yang ihehehi kan sesuatu yang belum ada, atau yang belum pernah katong capai.
justru tua jambatang emono, eoso kubasudarao si pammalas, atau patana poonno situpa lau jambatang he sipahee top, si inu, tua sipakahia jambatang emmi ni koi, bila perlu sihitilo, silappe elo ho tawaiddo. mi pe'e salalo wau sei?
amatamono ena, tau bole kurang hutuwami...
| |
| | | Darwis Ranking 5 (1 Bintang)
Jumlah posting : 74 Age : 39 Lokasi (KOTA-PROV) : Jakarta Registration date : 30.12.07
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Wed Jun 18, 2008 12:45 pm | |
| bravooo to om ghye............sebagai pelepas rasa rindu........... | |
| | | Ghye Saimima Ranking 2 (4 Bintang)
Jumlah posting : 223 Lokasi (KOTA-PROV) : Kebun Cengkih Ambon Registration date : 12.06.07
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Thu Jun 19, 2008 9:44 am | |
| - ucu sahupala wrote:
- GHY ALE BATU. INI YANG KATONG HARAPKAN YAITU SETIAP PULANG KAMPUNG HARUS BISA MENYAMPAIKAN SESUATU YANG TERBARU MENGENAI AMANNO DI FORUM INI. TAPI MUNGKIN GHY LUPA KA APA, MENGENAI INFO TERBARU TTG TEHEL MASJID DAN KONDISI PENDIDIKAN DI AMANNO TERUTAMA KONDISI FISIK SEKOLAH2-NYA
Untuk Tehel Masjid..Rencananya Hari ini (Kamis. 19/6)... Akan dibawa pulang ke amanno... Sebagai informasi tambahan...Tehel ini dipesan di Surabaya..
| |
| | | Ghye Saimima Ranking 2 (4 Bintang)
Jumlah posting : 223 Lokasi (KOTA-PROV) : Kebun Cengkih Ambon Registration date : 12.06.07
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Thu Jun 19, 2008 9:49 am | |
| | |
| | | Ghye Saimima Ranking 2 (4 Bintang)
Jumlah posting : 223 Lokasi (KOTA-PROV) : Kebun Cengkih Ambon Registration date : 12.06.07
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Thu Jun 19, 2008 9:51 am | |
| - Darwis wrote:
- bravooo to om ghye............sebagai pelepas rasa rindu...........
Sama-sama Ade Ud. . | |
| | | ucu sahupala Ranking 5 (1 Bintang)
Jumlah posting : 92 Age : 52 Lokasi (KOTA-PROV) : Yogyakarta Registration date : 23.04.08
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Thu Jun 19, 2008 9:53 am | |
| Batul sakali apa yang disampaikan oleh abang Fahmi, untuk itu kalau bisa Ghy atau Dino bisa telusuri masalah ini, dan katong bisa tahu jawaban atas 3 pertanyaan krusial diatas itu : 1. Jambatan ini prakarsa sapa ? 2. Anggaran dari mana ? 3. Mangapa kayu ? Tapi abang, menurut beta untuk sementara ini katong berpikir yang positif dolo. Yah setidaknya sekarang ini kalau katong dari tulehu deng speed boat yang langsung ke amanno, seng parlu gulung kaki calana lai to. Ke amaone abang ? | |
| | | Manawalo'07 Ranking 3 (3 Bintang)
Jumlah posting : 170 Lokasi (KOTA-PROV) : Jakarta Registration date : 30.10.07
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Thu Jun 19, 2008 2:03 pm | |
| Assalamu 'alaikum wr. wb.,
Kritikan Saudara Fahmi di atas tampak sederhana, namun terkandung makna kritik sosial yang mendalam dan menggairahkan. Mendalam karena menyinggung berbagai aspek, dan menggairahkan karena tersirat unsur ”provokasi” (berkonotasi positif) di dalamnya.
Keanehan Menjelang Pilkada
Siri Sori Islam (SSI) yang memiliki sedikitnya 4 orang anggota legislatif tingkat satu (provinsi Maluku) dari partai yang berbeda dengan posisi yang memadai (ketua komisi dsb), tentunya menjadi ”magnit” bagi para kompetitor Pilkada tidak terkecuali bagi para si-kandidat kepala daerah itu sendiri.
Jadi, jangan heran, kalau sekarang ini, paling sedikit ada 4 partai yang berlomba di Amanno tuk mencari simpati dan menarik minat Basudarao untuk memilih para kandidat yang mereka usung. Oleh karena itu, munculnya berbagai keanehan di Amanno dalam masa Pilkada seperti saat ini sudah menjadi hal yang biasa. Yang menjadi tidak biasa justeru ketika mekanisme pilkada itu berakhir tanpa gejolak di Amanno/Sissodido.
Sebagai anak negeri yang berada di luar mekanisme Pilkada Maluku I, beta hanya bisa mengingatkan para ”pemain” untuk tidak mengorbankan Amanno dan warganya demi mendapatkan sejumlah finansial atau lainnya. Sebaliknya, beta memohon dan berharap dengan sangat, jadilah ”pemain” yang intelek dan bertindak taktis dengan berorientasi kepada peningkatan Amanno dan Sissodido secara umum. Manfaatkanlah bargaining position yang momo/abang miliki semaksimal mungkin demi martabat dan pengembangan Amanno dan Sissodido secara umum.
Cukup sudah ”kebodohan” itu terjadi di saat Pilkada Maluku Tengah II. Mari katong berikrar untuk tidak mengulanginya lagi pada Pilkada Maluku I demi martabat katong samua.
Jembatan/Dermaga Kayu Membanggakan?
Untuk negeri dengan ”pamor” sekelas Amanno, memang sudah selayaknya mendapatkan infrastruktur yang jauh lebih memadai dari sekedar sebuah dermaga kayu. Mengapa hanya sebuah dermaga kayu? Pertanyaan ini penting untuk disampaikan jika merujuk kepada ”pamor” Amanno di atas.
Namun demikian, prasyarat pembangunan dermaga tidak semata didasarkan kepada pamor dan pengaruh para pejabat (asal Amanno) atau kepada hal-hal yang birogratis. Tetapi, lebih kepada sejumlah pertimbangan teknis (termasuk pertimbangan bisnis), antara lain: posisi (tempat yang strategis) dan karakter pantai (deviasi yang rendah antara air pasang dan surut) yang kesemuanya ini akan berorientasi kepada benefit-cost ratio (rasio manfaat atau income terhadap biaya) dari suatu hasil evaluasi yang komprehensif. Dan biasanya semua itu sudah tertuang di dalam suatu laporan studi kelaikan. Jadi, kalau di kecamatan Saparua, dermaga resmi ditetapkan di Haria dan Tuhaha, tentunya ini sudah melalui sejumlah pertimbangan tadi. Bukan berazas kepada pamor semata.
Sekarang, kita kembali ke dermaga kayu di Amanno. Menurut analisa beta, dermaga seperti ini tentunya tidak merupakan bagian dari program pemerintah provinsi Maluku. Sehingga tidak masuk ke dalam DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) daerah provinsi Maluku sebagai dasar kelaikan dan pembiayaan proyek. Olehnya itu, sampai kapan pun, kalau pertimbangan2 terknik (termasuk pertimbangan bisnis) tidak terpenuhi, maka sulit bagi katong untuk berharap mendapatkan satu dermaga permanen (beton/sivil standar) di Amanno.
Sebaliknya, jika pembangunan dermaga kayu ini merupakan swadaya warga dan pemerintah Amanno (di tambah pihak sponsor, jika ada), maka perlu diacungi jempol dan diberikan apresiasi. Karena bagaimanapun juga, dermaga kayu dengan posisi yang proporsional (di tengah Amanno dan memiliki deviasi pasang dan surut yang lebih baik dibanding sisi pantai lainnya di Amanno) sudah barang tentu memiliki manfaat yang memadai bagi warga Amanno. Kenapa hanya kayu? Karena untuk membangun dermaga yang permanen membutuhkan dana dan sumber daya yang tidak sedikit. Perlu diketahui, dalam ukuran (volume) yang sama, sivil basah (semisal dermaga) membutuhkan dana yang jauh lebih besar daripada sivil kering (seperti bangunan kantor dsb).
Adapun besaran manfaat dari jembatan kayu tersebut akan sangat bergantung kepada bagaimana warga mensiasatinya. Kedewasaan warga dalam hal ini (memanfaatkan fasilitas/prasarana Amanno) sangat diharapkan.
Semoga Saudara Fahmi mau memahami tanggapan beta ini. Tanggapan ini sekedar implikasi dari sudut pandang yang berbeda atas satu persoalan yang sama sebagai ciri dinamika kehidupan berdemokrasi. Tidak ada maksud2 lain sebagai bentuk dari like-dislike (subjektifitas).
Selamat berkarya, semoga Allah meridhai hambah-Nya yang selalu berikhtiar.
Wassalam,
Jakarta, 19/06/2008
Noe’man Tohepaly | |
| | | Upang Ranking 3 (3 Bintang)
Jumlah posting : 196 Lokasi (KOTA-PROV) : Bandung Registration date : 03.12.07
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Thu Jun 19, 2008 3:01 pm | |
| Assalamu”alaikum … Saya mencoba menanggapi tulisan saudaraku Fahmi Salatalohy di atas. Tulisan yang begini akan bikin rame forum dalam pengertian positif, berbagai opini diharapkan dapat tertuang semua di forum. Semoga saja bisa menjadi masukan bagi pihak yang berwenang maupun pihak yang berkepentingan. Semoga apapun yang tertuang tidak diterjemahkan sebagai suka atau tidak suka, melainkan sekedar polemik pada tulisan saja.
Ibarat pepatah mengatakan “rambut sama hitam tetapi pikiran pasti berbeda-beda”, artinya dalam memandang segala sesuatu setiap orang pasti akan berbeda-beda out putnya, itu karena dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kacamata (termasuk yang tidak pakai kacamata sekalipun), sudut pandang (bisa antara 0 – 360 derajat), dan lokasi serta ketinggian posisi kita saat memandang.
Saya misalkan seseorang yang berdiri di atas permukaan tanah hanya akan mampu memandang dalam radius beberapa meter saja sesuai ketinggiannya, kalau berada dipuncak menara atau tower maka radius jarak pandangpun makin jauh,lebih-lebih lagi kalau kita naik ke atas gunung yang tinggi, dengan sendirinya jangkauan pandangan kita pun makin luas radiusnya, apalagi kalau kita mampu berada pada posisi melebihi tingginya gunung yang tertinggi, umpamanya dari udara atau melalui satelit, maka jangkauan pandangan kitapun akan jauh lebih luas lagi.
Pada hakekatnya cara pandang kita tidak semata-mata dipengaruhi oleh tinggi rendah posisi secara harfiah saja, kita harus mampu memaknainya lebih dari itu artinya tingkat pendidikan, pemahaman, dan pengalaman sangat dominan ikut berpengaruh.
Satu konsep lagi yang kita tidak boleh lupa adalah bahwa “segala sesuatu yang terjadi tidak pernah luput dari pandangan Allah swt”. Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS 64:11).
Kalau kita tidak melihat sesuatu manfaat atau kegunaan atas segala sesuatu, kemungkinan besar adalah karena kita belum mempunyai tingkat pemahaman untuk ke arah itu. Makanya kita dianjurkan untuk selalu berprasangka baik saja, mengingat apa yang kita pikirkan berarti itulah harapan. “Innadzanna fainnadz dzanna aqdabul hadits “Sesungguhnya baik sangka itu dosa dalam perkataan” (al-Hadits)
Setelah kita menentukan seorang pemimpin hasil pilihan kita sendiri, semestinya kita mendukungnya dengan memberikan kepercayaan seluas-luasnya dengan rasa cinta, menghormati keputusannya, dan senantiasa mendoakannya. Karena pemimpin yang baik adalah yang mencintai dan dicintai oleh rakyatnya serta selalu mendoakan dan didoakan oleh rakyatnya.
Dalam skala nasional, yang terjadi justru sebaliknya. Situasi menjadi lebih amburadul Mungkin memang sekarang ini sedang jamannya, karena makin banyak orang yang merasa lebih pandai sehingga makin banyak pula orang yang pandai mengkritisi kebijakan pemimpin yang sedang berkuasa, seolah-olah semua yang dilakukannya tidak ada yang benar, sehingga perlu dikritisi, diawasi, dan dicurigai secara terus menerus. Kita nyaris tidak pernah mencoba menerapkan perasaan “emphaty” ketika sedang bertindak demikian. Lalu dimana tenggang rasa untuk saling mencintai, saling mempercayai, dan saling menghormati serta saling mendoakan?
Alangkah indahnya kalau Amanno jadi negeri impian yang mampu menjadi potret pemerintahan Islami dan ideal, sebagaimana yang dicontohkan dalam pemerintahan Rasulullah. Modal utama sebenarnya sudah nyata, karena semua penduduk negeri adalah muslim, jadi setidaknya sudah satu fisi, dan banyak warga Sissodi yang berpendidikan tinggi, dan berhasil menjadi pemimpin di rantau (baca: “Profile Tokoh SSI” tulisan Dino Pattisahusiwa-red) artinya negeri sudah sangat terbuka dan akses luas terhadap kemajuan dari “dunia luar” dalam berbagai bidang termasuk budaya,pendidikan,teknologi & informasi. Mungkin Kekurangannya…… “hanya” masalah persatuan dan kesatuan sesama iko Sissodido!! dengan menggunakan perumpamaan sasalatolo sebagai gambaran sebuah persatuan dan kesatuan (baca: pika mese-mese-red), dalam prakteknya “konsep sasalatolo” ini tampaknya belum “membumi” di iko Sissodido.
Kembali ke masalah jembatan…….. Beta rasa seng ada yang salah deng jambatang itu……. (haa…haa…..ha…..), soal materialnya dari kayu kek, dari beton bertulang kek, atau mungkin ada teknologi tercanggih lai beta seng tahu, yang jelas namanya tetap jambatang tho???? Fungsinya juga seng jauh-jauh sekedar untuk memudahkan katorang naik turun kapal tanpa harus buka alas kaki dan gulung calana, atau katong seng parlu lai gendong dorang karena khawatir basah (kalau seng ada hati angka antua lalu banting akang ka dalang air biar basah sekalian….sioooo…..) Jadi ya…….bersyukur sekali daripada katong turun di Manuhua?.
Pada umumnya konsep pembangunan mencakup segala bidang, meliputi fisik maupun non fisik, tapi dalam pelaksanaannya biasanya menggunakan skala prioritas,bagian mana yang paling menyentuh langsung kepentingan masyarakat banyak, dan mana yang berfungsi memicu pertumbuhan. Biasanya sektor yang mampu berfungsi untuk memicu pertumbuhan akan masuk standar prioritas. Jembatan ini misalnya,termasuk pembanguan infrastruktur yang tentunya diharapkan mampu memicu mobilitas warga menjadi lebih tinggi dan merupakan fasilitas untuk akses keluar yang lebih cepat, effeknya diharapkan mampu menumbuhkan perekonomian setempat menjadi lebih mapan, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan tarap pendidikan dan pengetahuan masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi lagi.
Anggap saja Jembatan kayu ini adalah proyek uji coba, kalau ternyata manfaatnya luar biasa dan melebihi dari harapan semula, tidak menutup kemungkinan suatu saat kelak Insya Allah dapat ditingkatkan kelasnya. Semoga……..
Atau……ke amaone……tumatao jaiyoooo?.
Wassalam Upang Pattisahusiwa
| |
| | | Ichan Salatalohy Admin
Jumlah posting : 428 Age : 36 Lokasi (KOTA-PROV) : Ambonessss But Now iN malank City Registration date : 10.06.07
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Thu Jun 19, 2008 7:36 pm | |
| | |
| | | mukhlish Ranking 5 (1 Bintang)
Jumlah posting : 73 Age : 56 Lokasi (KOTA-PROV) : Bojong Gede, Bogor-Jawa Barat Registration date : 13.01.08
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Mon Jun 23, 2008 1:29 am | |
| Assalamualaikum. Wr. Wb.
Perbincangan maya mengenai masalah ini (jembatan) rupanya menarik juga sehingga begitu banyak yang kasi pendapat. Supaya tambah rame pesta, beta mau iko lai………
Ada beberapa pertanyaan dan pernyataan mendasar yang dikemukakan oleh saudara Fahmi mengenai pembangunan jembatan dimaksud, dan tampaknya menimbulkan gairah basudarao lain untuk memberikan tanggapan.
Merujuk pada topik “37 TAHUN CUKUPKAH JEMBATAN KAYU?" dan substansinya, mudah-mudahan ini hanya “pancingan” untuk membiasakan katong dan masih dalam kerangka kritikan yang konstruktif……….semoga…..dan semoga bukan pernyataan bercabang……
Pada suatu waktu, beta sempat ditanyai oleh seorang “PENGGEDE” SISSODIDO …..kurang lebih….KENAPA PELABUHAN NAMLEA SUDAH 10 TAHUN SENG BISA DIKEMBANGKAN DARI KEADAAN SEKARANG…….(penumpang harus naik perahu ketika mau ke kapal, dan pada beberapa kesempatan sempat memakan korban jiwa dan materi). Pertanyaan tersebut tampaknya sederhana, Namun kemana arah “tembakan” belum bisa ditebak pada detik itu. Setelah pembicaraan berlangsung beberapa saat dengan beberapa basudarao, secara perlahan mulai terkuak……bahwa yang disorot adalah para Birokrat di Namlea……(korup., tidak becus, bodoh dst).
Lalu dimana korelasi dari ilustrasi diatas dengan topik ini. Jika di Namlea orang harus naik perahu dulu untuk ke kapal, maka se Amanno adalah kondisi seperti apa yang telah ditulis oleh Abang Upang dan saudara Ucu dibagian akhir tulisannya………(gulung kaki celana dst)…… Kemudian apa langkah progresif yang telah diambil oleh kedua “Birokrat” dari tempat dan level yang berbeda (kabupaten vs desa) ini? Disini “birokrat” kampung (Bapa Raja, perangkat desa dan seluruh basudarao se amanno) selangkah lebih maju.
Kenapa…………………..
Dalam konsep tatanan kepelabuhan nasional, dikenal pelabuhan yang diusahakan/dikelola oleh Pemda dan Nasional (Pemerintah Pusat). Pengkatagorian ini bermuara pada sumber pendanaan untuk pembangunan dan pengelolaan pelabuhan dimaksud. kompleksitas birokrasi dan pertimbangan yang dipakai sebagai parameter dalam membangun jembatan dikampung sebagaimana yang telah disinggung oleh saudara Man Tuhepaly kiranya yang menjadi latar belakang untuk Bapa Raja dan basudarao di kampung bergotong royong untuk bangun jembatan. Apabila kemudian timbul hal-hal yang tidak sesuai penggunaannya adalah suatu hal yang logis.......Kenapa tidak sekalian saja TAIDANNO katong hilangkan, karena disitu tempat gosip dan fitnah bermula....... Pada batas ini, realisasi pembangunan jembatan kayu dapat dinilai sebagai sesuatu yang patut dibanggakan. Dan harapannya dapat memberikan banyak manfaat (sudah disampaikan yang lainnya). Mungkin bisa diusulkan juga, bahwa ketika jembatan dimaksud telah dapat digunakan, maka perlunya dipertimbangkan untuk memasukan komponen ”biaya tambahan” untuk kas kampung (semacam retribusi) dari setiap penumpang (speed boat), besaranya terserah dari kalkulasi aparat terkait di kampung.
….Akhirnya SIPENGGEDE tadi mengatakan dengan nada penyesalan adalah benar dan harus diakui bahwa Posisi Tawar Orang Maluku Sangat Rendah…….Uang datang dari Jakarta – ke Ambon – ke Masohi – baru ke Kampung…… Bapa Raja tau pasti ritme ini dan embel-embel ketentuannya…..langkah harus diambil untuk berpacu dengan internal kuminity yang belum ikhlas.......
Marilah katong sama-sama saling memberitahu dengan didasari kekeluargaaan......tanpa harus saling menyalahkan......... As SISSODIDO comunity,..... whatever yours location…..anywhere…….whatever yours position…..high or low…… Richs…...Poors….Smart….Stupid…….WE COME FROM ONE SOURCES…... Just enough…., see you later. We apologize for inconvenience.
Wassalam…………………… | |
| | | Fahmi Sallatalohy Ranking 6 (0 Bintang)
Jumlah posting : 38 Registration date : 11.10.07
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Wed Jun 25, 2008 2:58 pm | |
| Beta ucapkan tarima kasih for abang-abang samua, ini sebatas perbincangan ade kaka, yang justru bisa melahirkan suatu "solidaritas" biar jauh tapi katong bisa baku baca satu dengn laeng.
ada beberapa hal yang beta sepakat dari ulasan abang Man, Abang Mukhlis, Abang Upang, menyangkut dengan "JEMBATAN KELAS KAKAP" itu. Tapi sampe di situ saja, beta tidak mau berdebat soal jembatan yang su terlanjur dibuat. dalam tanggapan ini beberapa alinea masih beta gunakan kata "jembatan"
tetapi, diskusi ini mungkin akan melebar ke masalah lain, yang dalam tanggapan abang upang perlu katong pertajam, dan berani membuktikan "bahwa semua masih dalam tataran konsep semata-mata. tidak ada masalah kemudian, katong mau berdebat tentang persoalan amanno dalam dunia maya ini.
abang Upang yang beta banggakan:
abang perlu membedakan substansi pemikiran dan keresahan beta, bahwa sudah puluhan tahun katong seng pernah mengupayakan sesuatu yang terbaik untuk amanno. Jembatan (sory masih beta gunakan kata jembatan) atau pembangunan apapun hanya life servis, pengkotak-kotakan kepemilikian, bahkan ini sangat berkaitan dengan suatu kepentingan yang lebih besar: kalau kita boleh merasakan "naluri amanno" saat ini, justru sangat tipikal dan ideal dengan kepentingan Pilkada, sebagaimana ditulis abang Man.
gejala umum saat ini abang, bahwa daerah-daerah manapun di Maluku saat memilki karakter "split personality", sapa yang patut dibanggakan dalam pertarungan pilkada kali ini, memang belum nampak, tapi akan nampak di kemudian hari atau pada saat kampanye, bahwa jembatan itu dihadiahi oleh calon ini, calon itu. resiko yang timbul adalah: ya.... abang bisa bayangkan sendiri. Perpecahan menyeluruh yang katong rasakan selama ini belum selesai, terkesan semua tiarap, dan baik-baik saja, tapi dalam hati sapa yang tahu? ajaib, negeri yang katanya "Islam, Islam, Islam, ternyata praktek kesehariannya sangat berbeda dengan esensi Islam. Mohon maaf dalam konteks ini, kebanyakan masyarakat memahami Islam bukan secara substansial, bisa parsial, komunal atau apapun itu.
Masyarakat digring ke arah perpecahan. Inikah yang disebut dengan "amanno akan menjadi negeri idaman" atau potret pemerintahan Islam ideal". Pertanyaan beta adalah "pemerintah ideal model rasulullah mana yang pernah di terapkan di Amanno? Pemerintahan model rasulullah tidak pernah membiarkan tetangganya lapar, orang harus memahami benar bahwa zaman sudah berubah, kehidupan Nabi tidak mungkin dijalani secara utuh, tetapi keteladanan nabi dalam hal-hal yang secara sederhana perlu di terapkan. Menjalani aturan-aturan adat yang sejatinya sudah mendarah daging saja masih susah, apalagi berupaya mengidealkan komitmen keislaman dalam kondisi tidak "thaibatun warabbun ghafur"?
Abang menyebutkan warga siddodido berpendidikan tinggi? Kelas pejabat atau intelektual? kita belum bisa membuktikan itu kan?
Makanya sangat disayangkan jika kita mengidealkan figur-figur amanno, tetapi kemudian masalah pendidikan tidak pernah dipikirkan. Secara, sadar kita akui amanno gudang orang pintar, tapi apa buktinya, dari waktu ke waktu yang punya minat melanjutkan studi S1, barapa? S2 bahkan hampir seng ada, S3 apalagi. padahal kuawadio sangat si cerdas, tapi kurang biaya, siapa yang bertanggung jawab, kalau dilihat dalam konteks yang abang maksudkan dengan "sasalatolo".
Karena terlalu mengidealkan figur-figur pejabat dengan sendirinya pembuatan jembatan itu harus melalui upaya "memanfaatkan" para pejabat dari amanno untuk membangun jembatan itu. Mana yang lebih penting turung kaki babasa, atau menyaksikan dengan indah adik-adik kita menguasai beberapa jilid buku atau membaca al-qur'an?.
Yang fisik katong banggakan sementara yang progresif malah dikucilkan. Tidak ada jembatan pun, fungsi ekonomi berjalan secara nafsi-nafsi, tidak ada mobilitas ekonomi yang menggairahkan, tidak ada ekonomi yang mapan di amanno, itu hanya "omong kosong".
Tarap pendidikan di amanno tidak bisa dikaitkan dengan taraf pendidikan/pengetahuan masyarakat, ekonomi hanya mendukung hal-hal yang sekunder untuk sekedar melangsungkan kehidupan masyarakat di amanno. apakah abang tidak lihat, atau mendengar saudara-saudara kita bajalang ujung pukul ujung par cari karja? karena tidak ada aktifitas ekonomi yang mendukung, dengan sendirinya berpengaruh pada niat untuk meningkatkan pengetahuan atau pendidikan.
Pengangguran di amanno banyak, tetapi selama ini tidak ada program-program khusus misalnya padat karya yang menyebabkan masyarakat betah, untuk tetap melestarikan negerinya.Model kepemimpinan islami macam apa yang abang maksudkan di Amanno? bukankah yang islam itu 40 rumah dari kiri, kanan, dan jika kita lebih arif semua orang di kampung adalah saudara kita, yang sama-sama menaggung suatu penderitaan? Saya kira ini adalah kesalahan fundamental jika kita meneropong kemajuan amanno, bahkan merasa bersyukur dengan hal-hal kecil yang sebenarnya kita mampu berbuat dari itu.
Pada saat beta menjadi pengurus Ippmassi, Katong pernah biking perpustakaan di Amanno, tapi apa jadinya, mungkin buku soro su makan. Tidak ada yang bermanfaat. Jadi siapapun katong, sekecil apapun katong pernah sumbang untuk amanno. Pada saat penulisan sejarah Amanno oleh prof. Lokollo yang memposisikan amanno adalah bagian dari waal ahatido, beta satu-satunya anak negeri siri sori yang mengcounter Prof. J.E. Lokollo di Harian Ambon Ekspres, (adik-adik Ipmmassi skarang jadi saksi, dengan masyarakat hiwaponno).
Jadi, kemampuan dan daya "bantuan" untuk kampong tidak bisa diukur secara "material", masing-masing orang sudah di kapling sesuai dengan bidangnya. Beta mau bilang, siapapun anak negeri SSI, pasti menjunjung tinggi seorang pemimpin, mencintai, menghormati, bahkan sangat mengidealkan. Tapi sampai di batas mana, semua ini harus terjadi? bukankah masing-masing orang punya penilaian, asumsi, kebenaran?
Tapi katong berdoa semoga kampong masih mempertahankn tradisi keislamannnya. Nanti beta sambung lain. Jang kurang hati | |
| | | Darwis Ranking 5 (1 Bintang)
Jumlah posting : 74 Age : 39 Lokasi (KOTA-PROV) : Jakarta Registration date : 30.12.07
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Wed Jun 25, 2008 5:59 pm | |
| ass.wr.wb....
to all abg/om yang sudah kasih pendapatnya masing2..... sebagai warga negara yogya...... cukup merasakan indahnya pertarungan sengit di atas.... maaf zn ada maksud sindir..... tapi bt sanang membacanya, selain menambah wawasan pusing juga bacanya.....^_^ jadi penasaran kelanjutannya.... sukses selalu buat basudaro samua.... | |
| | | mukhlish Ranking 5 (1 Bintang)
Jumlah posting : 73 Age : 56 Lokasi (KOTA-PROV) : Bojong Gede, Bogor-Jawa Barat Registration date : 13.01.08
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Thu Jun 26, 2008 1:44 am | |
| Assalamualaikum Wr. Wb.
Isyu ini rupanya dapat membuka “tabir” yang tadinya masih tatutup…….. Yang perlu katong inga jang sampe “perang” maya ini tabawa ka dunia nyata. Semakin banyak katong saling “baku hamtam” akan semakin membiasakan katong berbeda pendapat............
Membaca keresahan saudara Fahmi yang dituangkan dalam tulisana kali ini, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, kiranya perlu diakui bahwa memang benar fenomena tersebut telah dan mungkin akan terpelihara dan bisa jadi lebih hebat ke depan……
Baiklah lupakan masalah pancingan “JEMBATAN”, dan mari katong coba masing-masing mengingat “keresahan” yang dilihat, dirasa, dialami dan atau yang pernah dilakukan oleh diri sendiri terhadap basudara sendiri…. Dalam tulisan kali, ada beberapa “keresahan” yang ingin disampaikan bukan untuk membenarkan pernyataan saudara Fahmi, tapi ini FAKTA dan tidak mungkin ditutupi.
Nostalgia Guru Mangaji …..(religion aspects) Siri Sori Islam dikenal secara luas di Maluku Tengah dan mungkin Maluku sebagai gudangnya Tuan Guru dan taman pengajian yang secara tetap selalu menghasilkan Qari dan Qariah terbaik di tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi dan bahkan nasional. Para Tuan Guru sangat disegani dan menjadi panutan masyarakat kampong dan perantauan…….saat ini mungkin tinggal kenangan.
Nostalgia ketokohan Pa Aziz Pattisahusiwa……..(politic aspects) Mungkin ada yang berpendapat lain, tapi ke-tokohan Almarhum tak terbantahkan, bukan saja pada tingkat Maluku (termasuk Malut) akan tetapi pada tingkat nasional. Kepentingan masyarakat sissodido ter-representatif secara baik dalam diri Beliau.....saat ini mungkin tinggal kenangan. Terlalu gampang Sissodido dipecah belah, dibenturkan,…..tengoklah kasus pemilihan Raja, kemudian Maluku Tengah 1 dan mungkin akan terjadi pada JULI ini...... karena indikasi ke arah sana sudah mulai bisa dibaca.
Nostalgia persaudaraan……..(social aspects) Agak gampang melihat fenomena ini. Perhatikan baik-baik ketika menghadiri acara BAKUMPUL. Terlihat dengan jelas yang merasa “kurang” kumpul dengan “kurang, yang “lebih” dengan “lebih”. Lalu ketika acara selesai, diumumkan hasil bakumpul….YANG “KURANG” HASILNYA “KURANG”, YANG “LEBIH” HASILNYA “LEBIH”. Terus terang susah memahami fenomena ini, karena tentunya ketika mencetuskan ide yang brilian ini, ORANG-ORANG TUA sudah punya pertimbangan yang matang dan visi yang jauh melintasi zaman. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa maksud bakumpul adalah MEMBANTU SAUDARA YANG MAU KAWIN secara financial, fungsi lain akan ikut dengan sendirinya seperti silaturahmi, politik (mungkin), pemberdayaan dan sejenisnya………saat ini, ya cuma rutinitas…..nostalgia…..lagi
Lalu apa yang harus diperbuat, tentunya banyak yang harus dibenahi. Tapi mari dimulai dari pembenahan terhadap diri sendiri, kemudian keluarga (dalam rumah), sanak saudara, dan selanjutnya meningkat ke basudara lain.
Sekian dulu, Insya Allah akan disambung lagi…..
Wassalam. | |
| | | ana Ranking 6 (0 Bintang)
Jumlah posting : 17 Age : 49 Lokasi (KOTA-PROV) : jakarta Registration date : 07.05.08
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Thu Jun 26, 2008 11:32 am | |
| Beda pendapat boleh demi kemajuan kampung, tapi jangan saling menyalahkan,jangan berpikir diri sendiri yang paling benar. ingat beda kepala beda pula cara berpikirnya tapi disitulah tantangan bagi kita untuk terus berusaha maju, karena dengan berbagai macam pikiran atau ide dapat bisa disatu kan, dicari jalan keluarnya dengan musyawarh dan mufakat tanpa ada rasa ingin menang dan tanpa merasa tersaingi apalagi merasa diri sendiri yg paling benar.... “Kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula" semua kembali pada diri kita sendiri apakah ingin terus maju atau tetap jalan di tempat..... ini demi kampung tercinta....ok!!!! | |
| | | Dino Pattisahusiwa Ranking 6 (0 Bintang)
Jumlah posting : 42 Age : 49 Lokasi (KOTA-PROV) : Kanawa Indah - Ambon Registration date : 28.04.08
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Thu Jun 26, 2008 12:30 pm | |
| Assalamualaikum, ..... Ternyata asyik juga... beta sudah hampir 2 minggu seng masuk. Tapi setelah beta baca pikiran abang-abang di atas, beta tangan jadi bagatal. Intinya beta tidak mau masuk lebih jauh di "Masalah Jembatan", tapi mungkin alur pikiran beta akan serupa dengan bang fahmi. Maaf seng ada maksud lain, tapi mungkin beta lebih dekat dengan kampung, jadi kondisi yang terjadi disana banyak yang beta tahu. Bukan saja Jembatan..tapi masih banyak hal yang perlu forum ini diskusikan...semoga katong bisa terpacu untuk melihat lebih jauh beragam masalah yang terjadi disana. Wassalam... | |
| | | Fahmi Sallatalohy Ranking 6 (0 Bintang)
Jumlah posting : 38 Registration date : 11.10.07
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Fri Jun 27, 2008 9:22 pm | |
| JOHATMAWA”: MARGA YANG HILANG DI SIRI SORI ISLAM" Dua bulan yang lalu, waktu beta masih di Ambon, ada wacana-wacana yang muncul seputar Said Perintah, Pattimura, dan masih banyak lagi wacana-wacana liar, yang sesungguhnya menimbulkan keprihatinan kita semua. Ada sesuatu yang tidak lengkap dalam spektrum identitas kultural masyarakat Siri Sori Islam. Seledik punya selidik, ternyata masih ada satu masalah krusial yang telah lama di lupakan orang yaitu salah satu marga yang disebut dengan “Johatmawa” sudah hilang entah dalam struktur adat atau hilang akibat proses pengikisan budaya, atau akibat ketidakpedulian kita melestarikan marga-marga yang dalam konteks “minoritas” keberadaannya tidak seperti marga lain saat ini. Tidak ada sebab yang pasti, mengapa marga Johatmawa bisa hilang, entah tidak ada regenerasi, atau marga ini perlahan-lahan hilang akibat kesenjangan (disparitas sosial) yang menyebabkan mereka harus pindah dari Siri Sori Islam ke tempat lain, dengan menukar Johatmawa dengan Nahumarury, Lestaluhu, atau Tawainella, apapun itu, tentunya mereka (keluarga Johatmawa) sangat senang, karena proses Arkenisasi sangat menguntungkan mereka, untuk bertahan hidup, di tempat dan marga lain. Hidup dalam disparitas sosial, tidak hanya marga Johatmawa, marga-marga lain yang secara struktural kecil akan mengalami proses difusi ke marga lain yang lebih besar di luar desa Siri Sori Islam. Misalnya yang dalam [maaf] strata sosialnya tidak punya orang di DPRD, dosen, guru, menimbulkan ketidakberdayaan mereka menghadapi arogansi sebagian orang Siri Sori Islam, yang merasa lebih terhormat dari yang lain. Kata “lebih terhormat” sebenarnya tidak bisa ditunjukkan secara langsung, namun perilaku kita mengarah pada dominasi, siapa yang berhak menguasai yang lain di desa Siri Sori Islam. Kondisi ini tentunya sangat disayangkan, dan menimbulkan penyesalan yang luar biasa. Johatmawa dan Tanggungjawab Moral Masalahnya adalah : siapa yang bertanggungjawab dalam menghadapi penghilangan identitas ini? Tolong kasih komentar jua | |
| | | Darwis Ranking 5 (1 Bintang)
Jumlah posting : 74 Age : 39 Lokasi (KOTA-PROV) : Jakarta Registration date : 30.12.07
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Sun Jun 29, 2008 4:07 am | |
| Nostalgia persaudaraan……..(social aspects)
salah satu bagian yang di tulis om mukhlish bagi beta sangat mengena... karena menurut pandangan bt harus di dibenahi lagi tujuan bakumpul basudara tersebut... maaf bukannya tidak setuju dengan kebiasaan yang ada.... yang bt maksud lebih ke arah masalah sumbangan yang di berikan (contohnya orang kaweng)... terkadang menurut bt secara tidak langsung bisa memberatkan bagi orang yg kurang mamapu dalam hal financialnya.... dengar2 cerita kalo katong zn kasih sumbangan atau kurang bakumpul dengan basudara laeng bisa disisihkan atau di pandang sebelah mata dan sumbangan tsb wajib adanya.... apakah zn bisa di lakukan (standarisasi berapa sumbangan yg harus diberikan)???..... terkadang bt merasa kurang bila hubungan keluarga didasari atas banyak tidaknya sumbangan yang diberikan... jangan sampai hal tsb merubah niat yang ada..... maaf sekali lagi jangan sampai ada yg merasa tersinggung... cuma ungkapan keresahan aja (^_^) | |
| | | Darwis Ranking 5 (1 Bintang)
Jumlah posting : 74 Age : 39 Lokasi (KOTA-PROV) : Jakarta Registration date : 30.12.07
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Sun Jun 29, 2008 4:14 am | |
| | |
| | | Ridwan Midhihollow Ranking 5 (1 Bintang)
Jumlah posting : 59 Age : 36 Lokasi (KOTA-PROV) : Poka - Ambon Registration date : 31.07.08
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Tue Nov 03, 2009 7:17 pm | |
| SEBAGIAN DARI POSTINGAN DI BAWAH INI MERUPAKAN CONTOH DISKUSI YANG BAIK
Terakhir diubah oleh Ridwan Midhihollow tanggal Tue Nov 03, 2009 7:23 pm, total 1 kali diubah | |
| | | Ridwan Midhihollow Ranking 5 (1 Bintang)
Jumlah posting : 59 Age : 36 Lokasi (KOTA-PROV) : Poka - Ambon Registration date : 31.07.08
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Tue Nov 03, 2009 7:18 pm | |
| - Manawalo'07 wrote:
- Assalamu 'alaikum wr. wb.,
Kritikan Saudara Fahmi di atas tampak sederhana, namun terkandung makna kritik sosial yang mendalam dan menggairahkan. Mendalam karena menyinggung berbagai aspek, dan menggairahkan karena tersirat unsur ”provokasi” (berkonotasi positif) di dalamnya.
Keanehan Menjelang Pilkada
Siri Sori Islam (SSI) yang memiliki sedikitnya 4 orang anggota legislatif tingkat satu (provinsi Maluku) dari partai yang berbeda dengan posisi yang memadai (ketua komisi dsb), tentunya menjadi ”magnit” bagi para kompetitor Pilkada tidak terkecuali bagi para si-kandidat kepala daerah itu sendiri.
Jadi, jangan heran, kalau sekarang ini, paling sedikit ada 4 partai yang berlomba di Amanno tuk mencari simpati dan menarik minat Basudarao untuk memilih para kandidat yang mereka usung. Oleh karena itu, munculnya berbagai keanehan di Amanno dalam masa Pilkada seperti saat ini sudah menjadi hal yang biasa. Yang menjadi tidak biasa justeru ketika mekanisme pilkada itu berakhir tanpa gejolak di Amanno/Sissodido.
Sebagai anak negeri yang berada di luar mekanisme Pilkada Maluku I, beta hanya bisa mengingatkan para ”pemain” untuk tidak mengorbankan Amanno dan warganya demi mendapatkan sejumlah finansial atau lainnya. Sebaliknya, beta memohon dan berharap dengan sangat, jadilah ”pemain” yang intelek dan bertindak taktis dengan berorientasi kepada peningkatan Amanno dan Sissodido secara umum. Manfaatkanlah bargaining position yang momo/abang miliki semaksimal mungkin demi martabat dan pengembangan Amanno dan Sissodido secara umum.
Cukup sudah ”kebodohan” itu terjadi di saat Pilkada Maluku Tengah II. Mari katong berikrar untuk tidak mengulanginya lagi pada Pilkada Maluku I demi martabat katong samua.
Jembatan/Dermaga Kayu Membanggakan?
Untuk negeri dengan ”pamor” sekelas Amanno, memang sudah selayaknya mendapatkan infrastruktur yang jauh lebih memadai dari sekedar sebuah dermaga kayu. Mengapa hanya sebuah dermaga kayu? Pertanyaan ini penting untuk disampaikan jika merujuk kepada ”pamor” Amanno di atas.
Namun demikian, prasyarat pembangunan dermaga tidak semata didasarkan kepada pamor dan pengaruh para pejabat (asal Amanno) atau kepada hal-hal yang birogratis. Tetapi, lebih kepada sejumlah pertimbangan teknis (termasuk pertimbangan bisnis), antara lain: posisi (tempat yang strategis) dan karakter pantai (deviasi yang rendah antara air pasang dan surut) yang kesemuanya ini akan berorientasi kepada benefit-cost ratio (rasio manfaat atau income terhadap biaya) dari suatu hasil evaluasi yang komprehensif. Dan biasanya semua itu sudah tertuang di dalam suatu laporan studi kelaikan. Jadi, kalau di kecamatan Saparua, dermaga resmi ditetapkan di Haria dan Tuhaha, tentunya ini sudah melalui sejumlah pertimbangan tadi. Bukan berazas kepada pamor semata.
Sekarang, kita kembali ke dermaga kayu di Amanno. Menurut analisa beta, dermaga seperti ini tentunya tidak merupakan bagian dari program pemerintah provinsi Maluku. Sehingga tidak masuk ke dalam DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) daerah provinsi Maluku sebagai dasar kelaikan dan pembiayaan proyek. Olehnya itu, sampai kapan pun, kalau pertimbangan2 terknik (termasuk pertimbangan bisnis) tidak terpenuhi, maka sulit bagi katong untuk berharap mendapatkan satu dermaga permanen (beton/sivil standar) di Amanno.
Sebaliknya, jika pembangunan dermaga kayu ini merupakan swadaya warga dan pemerintah Amanno (di tambah pihak sponsor, jika ada), maka perlu diacungi jempol dan diberikan apresiasi. Karena bagaimanapun juga, dermaga kayu dengan posisi yang proporsional (di tengah Amanno dan memiliki deviasi pasang dan surut yang lebih baik dibanding sisi pantai lainnya di Amanno) sudah barang tentu memiliki manfaat yang memadai bagi warga Amanno. Kenapa hanya kayu? Karena untuk membangun dermaga yang permanen membutuhkan dana dan sumber daya yang tidak sedikit. Perlu diketahui, dalam ukuran (volume) yang sama, sivil basah (semisal dermaga) membutuhkan dana yang jauh lebih besar daripada sivil kering (seperti bangunan kantor dsb).
Adapun besaran manfaat dari jembatan kayu tersebut akan sangat bergantung kepada bagaimana warga mensiasatinya. Kedewasaan warga dalam hal ini (memanfaatkan fasilitas/prasarana Amanno) sangat diharapkan.
Semoga Saudara Fahmi mau memahami tanggapan beta ini. Tanggapan ini sekedar implikasi dari sudut pandang yang berbeda atas satu persoalan yang sama sebagai ciri dinamika kehidupan berdemokrasi. Tidak ada maksud2 lain sebagai bentuk dari like-dislike (subjektifitas).
Selamat berkarya, semoga Allah meridhai hambah-Nya yang selalu berikhtiar.
Wassalam,
Jakarta, 19/06/2008
Noe’man Tohepaly | |
| | | Ridwan Midhihollow Ranking 5 (1 Bintang)
Jumlah posting : 59 Age : 36 Lokasi (KOTA-PROV) : Poka - Ambon Registration date : 31.07.08
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Tue Nov 03, 2009 7:21 pm | |
| - Fahmi Sallatalohy wrote:
- Beta ucapkan tarima kasih for abang-abang samua, ini sebatas perbincangan ade kaka, yang justru bisa melahirkan suatu "solidaritas" biar jauh tapi katong bisa baku baca satu dengn laeng.
ada beberapa hal yang beta sepakat dari ulasan abang Man, Abang Mukhlis, Abang Upang, menyangkut dengan "JEMBATAN KELAS KAKAP" itu. Tapi sampe di situ saja, beta tidak mau berdebat soal jembatan yang su terlanjur dibuat. dalam tanggapan ini beberapa alinea masih beta gunakan kata "jembatan"
tetapi, diskusi ini mungkin akan melebar ke masalah lain, yang dalam tanggapan abang upang perlu katong pertajam, dan berani membuktikan "bahwa semua masih dalam tataran konsep semata-mata. tidak ada masalah kemudian, katong mau berdebat tentang persoalan amanno dalam dunia maya ini.
abang Upang yang beta banggakan:
abang perlu membedakan substansi pemikiran dan keresahan beta, bahwa sudah puluhan tahun katong seng pernah mengupayakan sesuatu yang terbaik untuk amanno. Jembatan (sory masih beta gunakan kata jembatan) atau pembangunan apapun hanya life servis, pengkotak-kotakan kepemilikian, bahkan ini sangat berkaitan dengan suatu kepentingan yang lebih besar: kalau kita boleh merasakan "naluri amanno" saat ini, justru sangat tipikal dan ideal dengan kepentingan Pilkada, sebagaimana ditulis abang Man.
gejala umum saat ini abang, bahwa daerah-daerah manapun di Maluku saat memilki karakter "split personality", sapa yang patut dibanggakan dalam pertarungan pilkada kali ini, memang belum nampak, tapi akan nampak di kemudian hari atau pada saat kampanye, bahwa jembatan itu dihadiahi oleh calon ini, calon itu. resiko yang timbul adalah: ya.... abang bisa bayangkan sendiri. Perpecahan menyeluruh yang katong rasakan selama ini belum selesai, terkesan semua tiarap, dan baik-baik saja, tapi dalam hati sapa yang tahu? ajaib, negeri yang katanya "Islam, Islam, Islam, ternyata praktek kesehariannya sangat berbeda dengan esensi Islam. Mohon maaf dalam konteks ini, kebanyakan masyarakat memahami Islam bukan secara substansial, bisa parsial, komunal atau apapun itu.
Masyarakat digring ke arah perpecahan. Inikah yang disebut dengan "amanno akan menjadi negeri idaman" atau potret pemerintahan Islam ideal". Pertanyaan beta adalah "pemerintah ideal model rasulullah mana yang pernah di terapkan di Amanno? Pemerintahan model rasulullah tidak pernah membiarkan tetangganya lapar, orang harus memahami benar bahwa zaman sudah berubah, kehidupan Nabi tidak mungkin dijalani secara utuh, tetapi keteladanan nabi dalam hal-hal yang secara sederhana perlu di terapkan. Menjalani aturan-aturan adat yang sejatinya sudah mendarah daging saja masih susah, apalagi berupaya mengidealkan komitmen keislaman dalam kondisi tidak "thaibatun warabbun ghafur"?
Abang menyebutkan warga siddodido berpendidikan tinggi? Kelas pejabat atau intelektual? kita belum bisa membuktikan itu kan?
Makanya sangat disayangkan jika kita mengidealkan figur-figur amanno, tetapi kemudian masalah pendidikan tidak pernah dipikirkan. Secara, sadar kita akui amanno gudang orang pintar, tapi apa buktinya, dari waktu ke waktu yang punya minat melanjutkan studi S1, barapa? S2 bahkan hampir seng ada, S3 apalagi. padahal kuawadio sangat si cerdas, tapi kurang biaya, siapa yang bertanggung jawab, kalau dilihat dalam konteks yang abang maksudkan dengan "sasalatolo".
Karena terlalu mengidealkan figur-figur pejabat dengan sendirinya pembuatan jembatan itu harus melalui upaya "memanfaatkan" para pejabat dari amanno untuk membangun jembatan itu. Mana yang lebih penting turung kaki babasa, atau menyaksikan dengan indah adik-adik kita menguasai beberapa jilid buku atau membaca al-qur'an?.
Yang fisik katong banggakan sementara yang progresif malah dikucilkan. Tidak ada jembatan pun, fungsi ekonomi berjalan secara nafsi-nafsi, tidak ada mobilitas ekonomi yang menggairahkan, tidak ada ekonomi yang mapan di amanno, itu hanya "omong kosong".
Tarap pendidikan di amanno tidak bisa dikaitkan dengan taraf pendidikan/pengetahuan masyarakat, ekonomi hanya mendukung hal-hal yang sekunder untuk sekedar melangsungkan kehidupan masyarakat di amanno. apakah abang tidak lihat, atau mendengar saudara-saudara kita bajalang ujung pukul ujung par cari karja? karena tidak ada aktifitas ekonomi yang mendukung, dengan sendirinya berpengaruh pada niat untuk meningkatkan pengetahuan atau pendidikan.
Pengangguran di amanno banyak, tetapi selama ini tidak ada program-program khusus misalnya padat karya yang menyebabkan masyarakat betah, untuk tetap melestarikan negerinya.Model kepemimpinan islami macam apa yang abang maksudkan di Amanno? bukankah yang islam itu 40 rumah dari kiri, kanan, dan jika kita lebih arif semua orang di kampung adalah saudara kita, yang sama-sama menaggung suatu penderitaan? Saya kira ini adalah kesalahan fundamental jika kita meneropong kemajuan amanno, bahkan merasa bersyukur dengan hal-hal kecil yang sebenarnya kita mampu berbuat dari itu.
Pada saat beta menjadi pengurus Ippmassi, Katong pernah biking perpustakaan di Amanno, tapi apa jadinya, mungkin buku soro su makan. Tidak ada yang bermanfaat. Jadi siapapun katong, sekecil apapun katong pernah sumbang untuk amanno. Pada saat penulisan sejarah Amanno oleh prof. Lokollo yang memposisikan amanno adalah bagian dari waal ahatido, beta satu-satunya anak negeri siri sori yang mengcounter Prof. J.E. Lokollo di Harian Ambon Ekspres, (adik-adik Ipmmassi skarang jadi saksi, dengan masyarakat hiwaponno).
Jadi, kemampuan dan daya "bantuan" untuk kampong tidak bisa diukur secara "material", masing-masing orang sudah di kapling sesuai dengan bidangnya. Beta mau bilang, siapapun anak negeri SSI, pasti menjunjung tinggi seorang pemimpin, mencintai, menghormati, bahkan sangat mengidealkan. Tapi sampai di batas mana, semua ini harus terjadi? bukankah masing-masing orang punya penilaian, asumsi, kebenaran?
Tapi katong berdoa semoga kampong masih mempertahankn tradisi keislamannnya. Nanti beta sambung lain. Jang kurang hati | |
| | | Ridwan Midhihollow Ranking 5 (1 Bintang)
Jumlah posting : 59 Age : 36 Lokasi (KOTA-PROV) : Poka - Ambon Registration date : 31.07.08
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Tue Nov 03, 2009 7:22 pm | |
| - Upang wrote:
- Assalamu”alaikum …
Saya mencoba menanggapi tulisan saudaraku Fahmi Salatalohy di atas. Tulisan yang begini akan bikin rame forum dalam pengertian positif, berbagai opini diharapkan dapat tertuang semua di forum. Semoga saja bisa menjadi masukan bagi pihak yang berwenang maupun pihak yang berkepentingan. Semoga apapun yang tertuang tidak diterjemahkan sebagai suka atau tidak suka, melainkan sekedar polemik pada tulisan saja.
Ibarat pepatah mengatakan “rambut sama hitam tetapi pikiran pasti berbeda-beda”, artinya dalam memandang segala sesuatu setiap orang pasti akan berbeda-beda out putnya, itu karena dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kacamata (termasuk yang tidak pakai kacamata sekalipun), sudut pandang (bisa antara 0 – 360 derajat), dan lokasi serta ketinggian posisi kita saat memandang.
Saya misalkan seseorang yang berdiri di atas permukaan tanah hanya akan mampu memandang dalam radius beberapa meter saja sesuai ketinggiannya, kalau berada dipuncak menara atau tower maka radius jarak pandangpun makin jauh,lebih-lebih lagi kalau kita naik ke atas gunung yang tinggi, dengan sendirinya jangkauan pandangan kita pun makin luas radiusnya, apalagi kalau kita mampu berada pada posisi melebihi tingginya gunung yang tertinggi, umpamanya dari udara atau melalui satelit, maka jangkauan pandangan kitapun akan jauh lebih luas lagi.
Pada hakekatnya cara pandang kita tidak semata-mata dipengaruhi oleh tinggi rendah posisi secara harfiah saja, kita harus mampu memaknainya lebih dari itu artinya tingkat pendidikan, pemahaman, dan pengalaman sangat dominan ikut berpengaruh.
Satu konsep lagi yang kita tidak boleh lupa adalah bahwa “segala sesuatu yang terjadi tidak pernah luput dari pandangan Allah swt”. Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS 64:11).
Kalau kita tidak melihat sesuatu manfaat atau kegunaan atas segala sesuatu, kemungkinan besar adalah karena kita belum mempunyai tingkat pemahaman untuk ke arah itu. Makanya kita dianjurkan untuk selalu berprasangka baik saja, mengingat apa yang kita pikirkan berarti itulah harapan. “Innadzanna fainnadz dzanna aqdabul hadits “Sesungguhnya baik sangka itu dosa dalam perkataan” (al-Hadits)
Setelah kita menentukan seorang pemimpin hasil pilihan kita sendiri, semestinya kita mendukungnya dengan memberikan kepercayaan seluas-luasnya dengan rasa cinta, menghormati keputusannya, dan senantiasa mendoakannya. Karena pemimpin yang baik adalah yang mencintai dan dicintai oleh rakyatnya serta selalu mendoakan dan didoakan oleh rakyatnya.
Dalam skala nasional, yang terjadi justru sebaliknya. Situasi menjadi lebih amburadul Mungkin memang sekarang ini sedang jamannya, karena makin banyak orang yang merasa lebih pandai sehingga makin banyak pula orang yang pandai mengkritisi kebijakan pemimpin yang sedang berkuasa, seolah-olah semua yang dilakukannya tidak ada yang benar, sehingga perlu dikritisi, diawasi, dan dicurigai secara terus menerus. Kita nyaris tidak pernah mencoba menerapkan perasaan “emphaty” ketika sedang bertindak demikian. Lalu dimana tenggang rasa untuk saling mencintai, saling mempercayai, dan saling menghormati serta saling mendoakan?
Alangkah indahnya kalau Amanno jadi negeri impian yang mampu menjadi potret pemerintahan Islami dan ideal, sebagaimana yang dicontohkan dalam pemerintahan Rasulullah. Modal utama sebenarnya sudah nyata, karena semua penduduk negeri adalah muslim, jadi setidaknya sudah satu fisi, dan banyak warga Sissodi yang berpendidikan tinggi, dan berhasil menjadi pemimpin di rantau (baca: “Profile Tokoh SSI” tulisan Dino Pattisahusiwa-red) artinya negeri sudah sangat terbuka dan akses luas terhadap kemajuan dari “dunia luar” dalam berbagai bidang termasuk budaya,pendidikan,teknologi & informasi. Mungkin Kekurangannya…… “hanya” masalah persatuan dan kesatuan sesama iko Sissodido!! dengan menggunakan perumpamaan sasalatolo sebagai gambaran sebuah persatuan dan kesatuan (baca: pika mese-mese-red), dalam prakteknya “konsep sasalatolo” ini tampaknya belum “membumi” di iko Sissodido.
Kembali ke masalah jembatan…….. Beta rasa seng ada yang salah deng jambatang itu……. (haa…haa…..ha…..), soal materialnya dari kayu kek, dari beton bertulang kek, atau mungkin ada teknologi tercanggih lai beta seng tahu, yang jelas namanya tetap jambatang tho???? Fungsinya juga seng jauh-jauh sekedar untuk memudahkan katorang naik turun kapal tanpa harus buka alas kaki dan gulung calana, atau katong seng parlu lai gendong dorang karena khawatir basah (kalau seng ada hati angka antua lalu banting akang ka dalang air biar basah sekalian….sioooo…..) Jadi ya…….bersyukur sekali daripada katong turun di Manuhua?.
Pada umumnya konsep pembangunan mencakup segala bidang, meliputi fisik maupun non fisik, tapi dalam pelaksanaannya biasanya menggunakan skala prioritas,bagian mana yang paling menyentuh langsung kepentingan masyarakat banyak, dan mana yang berfungsi memicu pertumbuhan. Biasanya sektor yang mampu berfungsi untuk memicu pertumbuhan akan masuk standar prioritas. Jembatan ini misalnya,termasuk pembanguan infrastruktur yang tentunya diharapkan mampu memicu mobilitas warga menjadi lebih tinggi dan merupakan fasilitas untuk akses keluar yang lebih cepat, effeknya diharapkan mampu menumbuhkan perekonomian setempat menjadi lebih mapan, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan tarap pendidikan dan pengetahuan masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi lagi.
Anggap saja Jembatan kayu ini adalah proyek uji coba, kalau ternyata manfaatnya luar biasa dan melebihi dari harapan semula, tidak menutup kemungkinan suatu saat kelak Insya Allah dapat ditingkatkan kelasnya. Semoga……..
Atau……ke amaone……tumatao jaiyoooo?.
Wassalam Upang Pattisahusiwa
| |
| | | Ridwan Midhihollow Ranking 5 (1 Bintang)
Jumlah posting : 59 Age : 36 Lokasi (KOTA-PROV) : Poka - Ambon Registration date : 31.07.08
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno Tue Nov 03, 2009 7:22 pm | |
| - mukhlish wrote:
- Assalamualaikum Wr. Wb.
Isyu ini rupanya dapat membuka “tabir” yang tadinya masih tatutup…….. Yang perlu katong inga jang sampe “perang” maya ini tabawa ka dunia nyata. Semakin banyak katong saling “baku hamtam” akan semakin membiasakan katong berbeda pendapat............
Membaca keresahan saudara Fahmi yang dituangkan dalam tulisana kali ini, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, kiranya perlu diakui bahwa memang benar fenomena tersebut telah dan mungkin akan terpelihara dan bisa jadi lebih hebat ke depan……
Baiklah lupakan masalah pancingan “JEMBATAN”, dan mari katong coba masing-masing mengingat “keresahan” yang dilihat, dirasa, dialami dan atau yang pernah dilakukan oleh diri sendiri terhadap basudara sendiri…. Dalam tulisan kali, ada beberapa “keresahan” yang ingin disampaikan bukan untuk membenarkan pernyataan saudara Fahmi, tapi ini FAKTA dan tidak mungkin ditutupi.
Nostalgia Guru Mangaji …..(religion aspects) Siri Sori Islam dikenal secara luas di Maluku Tengah dan mungkin Maluku sebagai gudangnya Tuan Guru dan taman pengajian yang secara tetap selalu menghasilkan Qari dan Qariah terbaik di tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi dan bahkan nasional. Para Tuan Guru sangat disegani dan menjadi panutan masyarakat kampong dan perantauan…….saat ini mungkin tinggal kenangan.
Nostalgia ketokohan Pa Aziz Pattisahusiwa……..(politic aspects) Mungkin ada yang berpendapat lain, tapi ke-tokohan Almarhum tak terbantahkan, bukan saja pada tingkat Maluku (termasuk Malut) akan tetapi pada tingkat nasional. Kepentingan masyarakat sissodido ter-representatif secara baik dalam diri Beliau.....saat ini mungkin tinggal kenangan. Terlalu gampang Sissodido dipecah belah, dibenturkan,…..tengoklah kasus pemilihan Raja, kemudian Maluku Tengah 1 dan mungkin akan terjadi pada JULI ini...... karena indikasi ke arah sana sudah mulai bisa dibaca.
Nostalgia persaudaraan……..(social aspects) Agak gampang melihat fenomena ini. Perhatikan baik-baik ketika menghadiri acara BAKUMPUL. Terlihat dengan jelas yang merasa “kurang” kumpul dengan “kurang, yang “lebih” dengan “lebih”. Lalu ketika acara selesai, diumumkan hasil bakumpul….YANG “KURANG” HASILNYA “KURANG”, YANG “LEBIH” HASILNYA “LEBIH”. Terus terang susah memahami fenomena ini, karena tentunya ketika mencetuskan ide yang brilian ini, ORANG-ORANG TUA sudah punya pertimbangan yang matang dan visi yang jauh melintasi zaman. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa maksud bakumpul adalah MEMBANTU SAUDARA YANG MAU KAWIN secara financial, fungsi lain akan ikut dengan sendirinya seperti silaturahmi, politik (mungkin), pemberdayaan dan sejenisnya………saat ini, ya cuma rutinitas…..nostalgia…..lagi
Lalu apa yang harus diperbuat, tentunya banyak yang harus dibenahi. Tapi mari dimulai dari pembenahan terhadap diri sendiri, kemudian keluarga (dalam rumah), sanak saudara, dan selanjutnya meningkat ke basudara lain.
Sekian dulu, Insya Allah akan disambung lagi…..
Wassalam. | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: Pelabuhan (Jembatan) di Amanno | |
| |
| | | | Pelabuhan (Jembatan) di Amanno | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |
|