P A L A
Seperti halnya cengkeh, pala (Myristica fragrans)adalah salah satu jenis rempah yang paling banyak dicari. Pulau Banda yang berudara lembab dan berhumus tipis, ditumbuhi subur oleh tanaman pala yang dahulu kala menjadi incaran para pedagang. Sehingga tak heran jika pulau Banda dijuluki taman pala dunia. Anehnya, petani lokal hanya tahu sedikit tentang manfaat tanaman ini dan bertanya-tanya, kenapa pala selalu menimbulkan pertengkaran.
Tumbuhnya dapat mencapai 20m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditas perdagangan yang penting sejak masa lampau dan telah tersebar luas di daerah tropika lain seperti Mauritius dan Karibia (Pulau Grenada). Istilah 'pala' juga dipakai untuk biji pala yang diperdagangkan.
Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan pohon betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna coklat.
Pala dipanen biji dan salut bijinya (arillus). Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa Inggris disebut mace). Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun.
Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala.
Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun.