Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.,
sesungguhnya kita yang berada jauh dari lokasi diadakannya Mubes Ikassi ,senantiasa memantau, melihat, dan menanti ada kabar baru apa seputar langkah-langkah yang diambil Ikassi pasca Mubes.
Jadi secara tidak langsung kami sebenarnya mengarapkan selalu berita tentang Ikassi kalau bisa di up-date secara periodik dan terus menerus.
Ini bukan tanpa alasan, karena Ikassi mungkin bisa disebut induk dari organisasi Sissodi yang tersebar dimana-mana, jadi bisa dijadikan acuan dan tolok ukur atau sekurang kurangnya sebagai referensi bagi sissodido perantau yang "membutuhkan" wadah untuk berorganisasi.
Sekedar ilustrasi, munculnya "wacana" Degor dapat diterjemahkan sebagai "kebutuhan" namun (barangkali) karena kurang komunitas ,akibat kurangnya minat,semangat, dan partisipatif warga setempat sehingga terkesan mengambang.
Penyebabnya cukup kompleks diantaranya karena "kesibukan" dan rentang lokasi tempat tinggal yang tersebar secara acak dan berjauhan sehingga berakibat "kurangnya" keakraban secara geografis.
Namun disisi lain kadang tercetus "kerinduan" untuk bakumpul basudara dalam konteks yang lebih relax, tidak terjebak dalam "protokoler baku" yang lama-lama justru terasa kaku dan hambar.....
Duduk ala di warung kopi sambil "cerita kewel" (pakai tanda kutip) yang artinya sudah dimodifikasi menjadi pembahasan dan diskusi mengenai berbagai hal mulai dari sosial,adat,sejarah,agama,dsb., kadang segala sesuatunya malah terasa menjadi lebih mengalir.....seakan-akan segala sesuatunya menjadi begitu mudah untuk saling
membantu, bekerjasama , mendukung gagasan & pikiran yang terlahir, serta senantiasa mencoba menggali "kebisa-an" apa sebenarnya yang kita miliki dan bisa dilakukan , bukan saja untuk diri sendiri,keluarga, Amanno.juga dalam skala yang lebih luas.....
Wassalam
Upang Pattisahusiwa