Tim SAR menghentikan pencarian KM Wahai Star yang tenggelam di perairan Pulau Manipa, Kabupaten Seram Bagian Barat, Selasa (10/7) malam lalu.
Hal itu tetap dilakukan, meski 31 dari 91 penumpang kapal tersebut hingga kini belum diketahui nasibnya. Musibah tenggelam itu sedikitnya menewaskan 20 penumpang. Koordinator Misi SAR KM Wahai Star Letkol Laut (P) Effendy Bungkang mengaku, kini semua tanggung jawab pencarian diserahkan ke Pemprov Maluku.
“Saya sudah melaporkan perkembangan operasi SAR dan berdasarkan PP No 36/2006 Pasal 13 ayat 1 b, kegiatan ini telah dinyatakan selesai,”tambahnya. Dengan berakhirnya operasi SAR,Posko dialihkan ke Bakesbang dan Linmas Pemprov Maluku. Dalam pencarian, tim SAR mengerahkan KRI Panana, pesawat Nomad TNI-AL P- 834, serta 10 kapal laut lain.
Namun tak bisa maksimal, jelas Effendy, karena udara buruk dan gelombang tinggi.“Kami turut berbelasungkawa yang paling dalam atas meninggalnya nakhoda KM Wahai Star Stephanus Lekatompessy,”ujarnya. Kadis Perhubungan Maluku Benny Gaspersz mengaku masih berkoordinasi dengan PT Asuransi Jasa Raharja untuk memberikan santunan bagi korban KM Wahai Star.
“Kami pun sementara menelusuri alasan PT Lintas Samudera Pertiwi yang mengoperasikan kapal berbobot 148 GT itu,”tuturnya. Keluarga korban KM Wahai Star sempat mengamuk di kantor Administrator Pelabuhan (Apel) Ambon karena kecewa atas minimnya informasi tentang perkembangan pencarian sanak keluarganya.
Data menyebutkan, sejauh ini tercatat 20 orang penumpang meninggal, termasuk nakhoda Stephanus Lekatompessy.Selain nakhoda, tercatat Rahmi Wahyunigsih, 11; Imanuel Lesnussa, 3; M Lesnussa, 35; Debby Saleky, 40; Billy Solisa, 25; Rosiana, 27; Alimudin Latuwael, 30; Tiara Umanailo, 17; Steven Hully, 2. Identitas delapan orang belum diketahui.
Di bagian lain, Hengky Tanzania, pemilik KM Wahai Star, berobat ke Surabaya karena mengalami patah tulang punggung. Hengky, yang juga menumpang kapal tersebut, ditemukan nelayan di perairan Desa Bajo,Sanana.Maluku Utara. Kepala Adpel Ambon T Hutasoit mengaku telah mencegah Hengky untuk berobat ke Surabaya.
“Kami sudah menyurati Adpel Ternate dan Polres setempat untuk mencegat Hengky. Namun, saat petugas Adpel Ternate tiba di Bandara Sultan Baabullah, ternyata yang bersangkutan sudah berangkat,” tambahnya.
Hutasoit mengingatkan Hengky maupun keluarganya agar segera melaporkan keberadaan dan perkembangan kesehatan karena harus menjalani pemeriksaan. Menurutnya, Hengky merupakan Direktur PT Lintas Samudera Pertiwi yang mengoperasikan KM Wahai Star.
Fri Jul 20, 2007 9:59 am