Air Panas Tulehu Dijadikan Energi Listrik
Menristek Kunjungi Maluku
AMBON -- Kondisi maluku sebagai provinsi kepulauan dalam era pembangunan jangka menengah 2008-2013 dimana akan ditingkatkan dalam fase akselerasi guna mendorong pembangunan.
Untuk itu, perlu pengembangan dalam bentuk riset dan teknologi, yang akan diupayakan juga dalam pengelolaan panas bumi di kawasan resort Air Panas Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.
Hal ini ditindaklanjuti Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) RI DR Ir Kusmayanto Kadiman yang mengunjungi Maluku sejak Senin 30 Maret yang dijadwalkan akan berakhir hari ini.
"Kunjungan Menristek ini agar lebih dekat dengan Maluku, dan memahami permasalahan yang terjadi menyangkut pembangunan daerah ini untuk jangka menengah 2008-2013," ujar Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu dalam sambutannya.
Menurutnya dengan visi guna membangun Maluku yang sejalan, rukun, religius serta masyarakat Maluku yang berkualitas, hal tersebut penting mengingat daerah seribu pulau ini telah memiliki sembilan kabupaten dan dua kota.
Ini juga turut ditunjang dengan luas wilayah yang terdiri dari 93,5 persen adalah darat dan 6,3 persen merupakan laut.
Selanjutnya, terkait dengan pengelolaan dalam mengubah panas bumi Tulehu sebagai pasokan energi listrik, Menristek RI DR Ir Kusmayanto Kadiman mengatakan bahwa sumber daya ini sangat menarik dan lebih unggul dibanding minyak.
"Sumber air dan panas bumi jelas lebih unggul dan beda dengan minyak. Kalau minyak kotor, mudah terbakar dan bisa habis suatu saat. Tinggal bagaimana kita mengerahkan kemampuan, otorosasi dan pengalaman dalam membangun sektor ini," paparnya.
Apalagi tutur dia, ini akan menjawab permasalahan listrik yang fenomenal di Maluku yang membutuhkan solusi dimana kehidupan kita sesehari tergantung dari minyak dan gas alam (migas).
"Bisa saja memungkinkan untuk kira-kira 20 mega watt (MW). Dan kalau dihitung sejak masa eksplorasi, bisa terwujud dalam jangka waktu dua tahun. Sudah terbukti di Jawa Barat (Jabar). Di Buru juga kan ada danau yang bisa dibuat bendungan, tapi jangan yang seperti Situ Gintung. Misalnya saja kita bisa dapat 17 MW. Kita pakai kabel lewat jaringan listriknya,’’ tandas Kadiman