Dibandingkan dengan hewan, hampir semua yang keluar dari tubuh manusia tidak bisa dimanfaatkan, bahkan terkesan kotor. Sebab semuanya terkonotasi sebagai limbah atau sisa-sisa metabolisme tubuh.
Walau demikian, ada satu “benda” yang keluar dari tubuh manusia yang tidak dianggap sebagai kotoran. Orang-orang tidak merasa jijik melihat. Apakah itu? Dialah air mata. Jarang orang merasa jijik dengan air mata. Ketika melihatnya, respons yang timbul malah sebaliknya, jiwa kita bisa terguncang tatkala bulir-bulir air mata--terlebih dari pelupuk mata orang yang kita cintai--berjatuhan. Sebaliknya, orang-orang yang merasa (maaf) “jijik” dengan air mata atau tidak mengeluarkan air mata ketika kondisi “mengharuskannya” menangis, dianggap sebagai orang yang keras hatinya.
Ada kisah tentang seorang pemuda di majelis Rasulullah SAW. Ketika itu para sahabat menangis tatkala Rasulullah SAW menyampaikan untaian-untaian tausiyahnya, bahkan Beliau sendiri menyampaikan nasehatnya dengan suara parau. Namun tidak demikian dengan sang pemuda, tak setetes pun air mata keluar dari kelopak matanya. Ia sendiri merasa aneh, sehingga menanyakannya kepada Rasul. Sebabnya, menurut Rasulullah SAW adalah kerasnya hati. Beliau kemudian menguraikan hal-hal yang saling bertaut hingga mengeraskan hatinya. Semuanya bermuara dari terlalu cinta dunia hingga melupakan akhirat.
Sesungguhnya, Allah SWT tidak pernah keliru menciptakan sesuatu. Dari tetesan-tetesan air mata ini saja, terkandung berjuta makna yang menyiratkan kasih sayang dan kemahaluasan ilmu Allah. Setidaknya ada dua fungsi penting air mata bagi manusia.
Pertama, untuk melindungi dan menjaga kesehatan mata. Apa jadinya kalau mata kita tidak mengeluarkan air? Pasti tersiksa. Kita tidak akan macet sehingga tidak bisa mengedip. Akibatnya, benda-benda dari luar akan berlomba memasuki mata, mulai dari udara, radiasi cahaya, debu, bakteri, virus, dsb. Mata pun akan terasa perih, panas dan sakit. Jika dibiarkan, kerusakan mata tinggal menunggu waktu saja. Dengan air mata pula mata kita terjaga kelembabannya serta terpenuhinya kebutuhan mata akan zat-zat yang diperlukan. Sebab air mata mengangkut unsur asam dan zat gizi ke mata. Air mata pun menjadi sarana untuk mengeluarkan unsur-unsur garam dalam tubuh.
Kedua, sebagai alat komunikasi serta pengekspresian emosi. Ketika seorang manusia lahir, hingga beberapa masa tertentu, air mata yang mengiringi tangisan menjadi alat komunikasi utama. Air mata sangat ampuh untuk menarik perhatian orang-orang yang ada di sekitarnya. Dengan air matalah seorang anak bisa “memaksa” sang ibu untuk memberikan air susu serta aneka perhatian.
Sebagai sarana mengekspresikan emosi, tetesan air mata mengkomunikasikan sejumput pesan dengan makna-makna tertentu. Ia mengekspresikan suasana hati yang terdalam, entah sedih, gembira, takut, atau sakit. Sehingga nilai air mata begitu istimewa, khusus, serta berkesan. Bukankah hati hanya bisa disentuh oleh hati lagi? Maka jangan heran, jika air mata bisa meluluhkan hati yang keras, serta menaklukkan sesuatu yang tidak bisa ditaklukkan dengan pedang.
Sesungguhnya, air mata pun bisa menjadi alat komunikasi yang sangat canggih antara seorang hamba dengan Tuhannya. Betapa tidak, tetesan air mata di jalan Allah bisa memadamkan kobaran api neraka. Rasulullah SAW bersabda, Tidak akan masuk neraka, seseorang yang menangis karena takut kepada Allah.
Air mata bisa mendatangkan pertolongan Allah di akhirat kelak. Dalam sebuah hadis disebutkan, bahwa ada tujuh golongan manusia yang akan ditolong Allah pada Hari Kiamat, ketika tiada lagi pertolongan selain pertolongan dari-Nya. Salah satunya adalah orang yang menangis di keheningan malam ketika orang-orang terlelap tidur. Ia menangis karena besarnya rasa takut dan harap kepada Allah. Air mata pun bisa mempercepat ijabahnya doa-doa. Efek tetesannya mampu menembus batas-batas dimensi.
Karena itu, Rasulullah SAW mengingatkan, “Takutlah engkau akan doa (termasuk air mata) orang-orang yang dizalimi, sesungguhnya tiada lagi jarak pemisah antara Allah dengan orang tersebut” (HR At Tirmidzi). Terlebih jika yang disakiti tersebut adalah orangtua kita sendiri. Na'udzubillah. Satu tetes saja keluar dari mata mereka, seumur hidup tidak akan bahagia hidup kita, sebelum mereka memaafkannya. Bukankah keridhaan Allah ada dalam keridhaan orangtua?
Itulah sebabnya, Rasulullah SAW dan para sahabat menjadikan air mata sebagai “bahasa sehari-hari” tatkala berinteraksi dengan Allah SWT. Tiada sehari pun yang mereka lewatkan tanpa menangis. Menangis bukan karena tak punya harta, kehilangan harta, atau sesuatu yang terkait dengan urusan duniawi. Mereka menangis karena cinta yang begitu besar kepada Tuhannya. Cinta yang bersumber dari kuatnya raja' (harapan akan ridha dan kasih sayang Allah) yang terpadu dengan khauf (rasa takut akan murka Allah).
Karena efeknya yang sangat dahsyat, mereka pun sangat menjaga sikap dan tingkah lakunya, agar jangan sampai menzalimi orang lain. Mereka sangat takut jika air mata orang-orang yang terzalimi mendatangkan murka Allah kepadanya. Boleh jadi, inilah yang memotivasi Khalifah Umar bin Khathab untuk memanggul sekarung gandum dari Baitul Mal, ketika ia melihat seorang ibu dan anak-anaknya--yang notabene adalah rakyatnya--kelaparan. Begitu hebat efek dari air mata.
Dilihat dari perspektif ini, tak heran air mata menjadi dijadikan barometer untuk mengukur kadar keimanan seseorang. Ada banyak ayat Alquran dan hadis Rasulullah SAW yang mengungkapkan keutamaan menangis. Dalam Alquran misalnya, Allah menyifatkan orang-orang yang berilmu sebagai mereka yang apabila dibacakan ayat-ayat Allah, menyungkurkan muka mereka (bersujud) sambil menangis dan bertambah khusyuk (QS Al Israa' [17]: 109). Dalam ayat yang lain, Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis (QS Maryam [19])
Rasulullah SAW pun bersabda, “Setiap mata akan menangis di hari kiamat kelak, kecuali mata yang menangis karena takut kepada Allah, mata yang terpelihara dari hal-hal yang diharamkan Allah, serta mata yang berjaga di Jalan Allah.
Tidak salah jika kita mencucurkan air mata. Namun ketahuilah, air mata yang paling berkualitas, adalah air mata yang keluar karena harap dan takut kepada Allah, bukan air mata karena mendapat promosi jabatan, bukan air mata karena gagal menjadi idola, dsb. Sebab, itulah air mata keimanan.