Crew Ranking 2 (4 Bintang)
Jumlah posting : 233 Age : 47 Lokasi (KOTA-PROV) : Ambon Registration date : 08.09.07
| Subyek: Bentrokan Warga Terjadi Lagi di Ambon Mon Jan 05, 2009 9:55 pm | |
| Hariam Ambon Ekspres 5 Januari 2009 Bentrokan Warga Terjadi Lagi di Ambon Ambon, AE.- Bentrokan antar warga kembali terjadi di Ambon, setelah beberapa kali terjadi insiden serupa. Dua kelompok masyarakat dari Desa Siri Sori Islam dan Desa Kulur, Kabupaten Maluku Tengah baku hantam di Ambon. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, meski demikian kasus ini sempat membuat aparat keamanan harus bersiaga.
Pertikaian terjadi di kawasan Galunggung, Desa Batu Merah, Sabtu (3/12) malam. Akibat insiden ini Safril Lilitoly (28) mengalami luka-luka di bagian kepala. Polisi juga mengamankan satu orang warga lainnya yang kedapatan membawa senjata tajam.
Insiden ini sempat menimbulkan ketegangan di kawasan Batu Merah. Beruntung aparat kepolisian dari Polres Ambon dan Pulau-pulau Lease yang berpakaian preman maupun pakaian dinas bertindak cepat untuk mengamankan lokasi sehingga pertikaian tidak berimbas lebih besar lagi.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, Kapolres Ambon dan Pp Lease AKBP Didik Agung Widjanarko S.Ik MH dan Dandim 1504 Letkol Inf Fajar Budiman S.Ip langsung memediasi perdamaian kedua kelompok warga itu. Pertemuan dilaksanakan di Mapolres Ambon dan dihadiri Raja Sirisori Islam Jhon Pattisahusiwa, Raja Kulur Autad Tutupoho dan Raja Batu Merah Awath Ternate serta para tokoh masyarakat kedua desa diantaranya Husein Toisuta, Saleh Wattiheluw dan Abdul Kadir Tuahuns.
Dalam pertemuan itu Kapolres menekankan perlunya itikad baik kedua pihak untuk berdamai dan mencari solusi yang langgeng serta menghindari prasangka buruk dalam penyelesaian persoalan ini. Menurut dia, yang paling penting adalah tidak mencari kambing hitam terkait siapa yang salah maupun siapa yang benar. ’’Marilah kita mencari jalan keluar yang terbaik untuk menyelesaikan persoalan ini,’’ kata Kapolres.
Dalam pertemuan itu disepakati, untuk kedua kelompok warga mengakhiri segala bentuk perkelahian yang terjadi baik di Saparua, Ambon maupun dimana saja berada. Masyarakat kedua negeri juga sepakat bertanggung jawab memberi rasa aman dan saling bekerjasama untuk kepentingan-kepentingan yang bermanfaat. Juga disepakati bila setelah pernyataan ini masih terjadi perkelahian antar kedua kelompok warga maka itu menjadi tanggung jawab individu dan patut ditangani sesuai hukum yang berlaku.
Kesepakatan perdamaian ini ditandatangani Raja Siri Sori Islam, Raja Kulur, Raja Batu Merah, Ketua Umum Ikassi Pusat Drs Rustam Holle dan Pembina IKBK Letkol Purn HB Tuahuns serta disetujui Kapolres Ambon dan Dandim 1504 Ambon.
"Bila masih terjadi perkelahian maka itu akan dianggap persoalan antar pribadi, tidak boleh bawa-bawa nama negeri lagi. Silahkan pihak kepolisian yang menangani secara hukum sesuai prosedur yang berlaku," ujar John Pattisahusiwa menanggapi isi kesepakatan tersebut.
Setelah kesepakatan itu, baik Pattisahusiwa maupun Tutupoho sepakat akan melakukan beberapa pertemuan lainnya, termasuk saling kunjung ke masing-masing negeri sekaligus menyelesaikan persoalan ini secara kekeluargaan. ’’Kami juga mengharapkan kepada warga kedua negeri tidak terprovokasi oleh isu-isu yang disampaikan melalui SMS terkait persoalan ini. Karena pengalaman telah membuktikan para provokator yang tidak ingin Maluku damai tengah mengancam ketahanan masyarakat saat ini,’’ tegasnya.
Karena itu, bila ada isu atau informasi yang mendiskreditkan kelompok tertentu, dia berharap dapat mengkonfirmasikan kepada pihaknya atau Raja Kulur maupun aparat keamanan. AKIBAT PERTANDINGAN VOLIInsiden pertikaian antara warga Sirisori Islam dan Kulur di Ambon berimbas dari pertandingan bola voli menyambut Hari Ibu Nasional di Saparua pada 22 Desember 2008. Saat itu terjadi perkelahian antas suporter pendukung masing-masing tim hingga berakibat terjadi perkelahian kedua kelompok warga.
’’ Padahal tujuan pertandingan voli itu adalah untuk merekat rasa persatuan di antara negeri-negeri yang jadi peserta lomba itu," ujar Jhon Pattisahusiwa kepada Ambon Ekspres, Minggu (4/1).
Namun upaya pendekatan perdamaian sudah dilakukan oleh Muspika Saparua dan raja kedua negeri dengan harapan pertikaian itu tidak akan menyebar luas. ’’Sebelumnya Camat, Danramil dan Kapolsek telah mengambil langkah-langkah penanganan cepat sehingga pertikaian itu tidak berimbas," ungkap Pattisahusiwa yang turut didampingi Autad Tutupoho.
Dirinya menghimbau warga kedua negeri agar tidak membawa masalah ini ke persoalan lain hingga akhirnya mengganggu hubungan kedua negeri yang selama ini tidak pernah terlibat konflik. Dia bahkan menduga ada pihak ketiga yang turut memanas-manasi persoalan awal yang terjadi di Saparua.
Hal yang sama juga disampaikan Autad Tutupoho. Menurut dia, kondisi kedua negeri yang dalam faktanya memiliki kekerabatan yang kuat itu di Saparua tidak terjadi gangguan keamanan apapun saat ini. "Semua normal, tidak ada apa-apa di Saparua, tidak ada gangguan apa-apa. Hanya di Ambon, anak-anak ini saling berkelahi," ujar dia yang saat ditemui mendampingi John Pattisahusiwa.
Sementara itu, Raja Batu Merah, Awath Ternate mengharapkan agar pertikaian itu tidak dikonotasikan sebagai pertikaian antar kedua negeri itu. Menurutnya kasus ini merupakan persoalan sosial antar warga Batu Merah tanpa harus dilihat dari mana asalnya. Karena para pemuda yang bertikai tersebut semuanya adalah warga Batu Merah, sehingga penyelesaiannya tetap merupakan tanggung jawab pemerintah Batu Merah.MUI-ORMAS ISLAM BELUM PEKASementara itu, Salah satu akademisi Unpatti Ambon yang juga cendekiawan muslim Maluku, Drs. Isa Odar mengatakan, konflik internal umat Islam yang dilatari perkelahian antar kampung (Negeri) sedianya harus mendapat perhatian serius dari MUI, Ormas Islam dan partai politik (Parpol) Islam.
Ia mengungkapkan, selama ini peran lembaga-lembaga tersebut belum sepenuhnya terlihat maksimal. “MUI, ormas dan parpol Islam tidak boleh mendiamkan masalah ini terus terjadi, harus ada sikap dan solusi yang diambil,” ujarnya kepada Ambon Ekspres Minggu (4/1) sore. Jika persoalan perkelahian antar negeri dalam internal Islam terus dibiarkan berkembang, maka dengan sendirinya akan mempengaruhi nilai-nilai persaudaraan dalam Islam itu sendiri. “Kita menghadapi Pemilu legislatif dan Pemilu presiden, dimana agenda tersebut harus kita sukseskan, tetapi dengan kondisi umat seperti sekarang tentu agenda besar itu akan terganggu,” tandasnya.
Ditakutkan, kata dia, konflik antar warga dalam internal Islam akan memperlemah komitmen perjuangan kepentingan Islam baik lokal, nasional maupun internasional. “Bagaimana kita bicara solidaritas dan menyikapi persoalan Palestina, persaudaraan dan komitmen kita di Maluku saja rapuh,” sesalnya.
Karena itu, kata dia, MUI, ormas dan Parpol Islam harus duduk bersama menyikapi kondisi kekinian baik dalam level lokal, nasional maupun internasional. “Dalam waktu secepatnya MUI, Ormas dan Parpol Islam harus duduk satu meja membahas berbagai persoalan yang terkait dengan kepentingan umat Islam Maluku sekarang dan akan datang,” imbuhnya.
Konflik antar kampung Islam selama ini, kata dia, harus disikapi secara objektif, dengan mengabaikan seluruh kepentingan kelompok maupun kampung (Negeri). “Kepentingan kolektif masyarakat Islam di Maluku sekarang harus segera disikapi MUI, Ormas dan Parpol Islam,” imbuhnya. (DWI/M2/KIE) | |
|