Fahmi Sallatalohy Doktor Ke 1154 di UGM
“Menulis Buku Adalah Target Utama”
“ kalau banyak orang bependapat menjadi filsafat sejati itu susah. hal tersebut gampang terwujud, bila ada kemauan dari dalam diri sendiri” berikut ini hasil wawancara IPPMASSI Online, dengan Fahmi Sallatalohy, yang baru saja meraih gelar doktor filsafat di UGM Jogyakarta ”
Catatan : Samad Fanath Sallatalohy
Rabu (23/12/2009) sekitar pukul 22.30 WIT malam lalu, tiba-tiba ada getaran dalam saku celana saya. Getaran tersebut memberi isyarat kalau ada pesan yang masuk di telepon genggaman saya. Dan langsung saya baca pesan masuk tersebut. Bunyi pesan itu, “ om sudah mendapat gelar doctor ”. demikian pesan singkat dari om Fahmi Sallatalohy, begitu sapaan keseharian saya terhadap beliau.
Senang dan bahagia mendengar kabar ini. Siapa yan tak senang kalau putra negeri Siri Sori Islam (SSI) kembali mendapat tambahan seorang doctor, yang rencananya tahun depan (2010-red) akan dikukuhkan menjadi guru besar di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon.
Untuk level Ambon-Maluku, saat ini, baru dua orang yang memiliki spesifikasi filsafat murni. Ini bukan ilusi atau fantastic, namun realistis. Dua putra Maluku terbaik yang memliki spesifikasi filsafat murni tersebut masing-masing, Prof Dr Watloly, yang saat ini guru besar di Universitas Pattimura Ambon, serta Fahmi Sallatalohy, staf pengajar IAIN Ambon.
Penulis buku Nasionalisme Kaum Pinggiran ini. meraih gelar doktornya, setelah 3 tahun (2006-2009) mengenyam study S3 Filsafat di Universitas Gajah Mada (UGM) Jogyakarta.
Kata Putra Elhau (anak SSI,red) ini, dirinya lulus dengan predikat memuaskan, pada tanggal 3 Nopember 2009. dan baru dikukuhkan, Senin (21/12/2009), sekaligus tercatat atau masuk dalam data base Universitas Gajah Mada (UGM) Jogyakarta yaitu doktor ke 1154. sedangkan di jurusan filsafat UGM, dia adalah orang ke 54 yang menyandang gelar doktor, semasa diprogramkannya S3, di kampus ternama di Indonesia itu.
Menurut Sallatalohy, pra gelar doctor diraih, setiap mahasiswa S3, mesti enam kali mengikuti ujian. Masing-masing, ujian Pra Komprehensif, ujian Komprehensif, ujian Kelayakan, ujian Penilaian, ujian Tertutup dan ujian Terbuka.
“karena sudah melewati enam tahap ujian tersebut, saat ini saya telah mendapat gelar doctor,” terang Fahmi, yang diwawancarai IPPMASSI Onine, via Handphone, Jumat (25/12/2009).
Penulis buku Jumawa “Syndrome Lemming FKM/RMS” ini, menyandang gelar doktornya, dengan menyelesaikan desertasinya tentang “Kontingensi Bahasa dalam pandangan Neopragmatisme Richard Rorty (1931-2007).
Mengapa jenjang pendidikan rata-rata konsenterasinya ke filsafat, inspirasinya dari mana?, ditanya demikian, pria kelahiran 1970 ini, menjawab enteng.
“Itu masalah style dan ciri khas. karena banyak orang beranggapan filsafat itu susah. tapi tujuannya adalah untuk mengasah cara berfikir. Di Ambon mungkin doctor filsafat murni baru 2 orang. Inspirasinya dari diri sendiri,” ungkapnya.
Menyinggung gelar doctor yang kini disandangnya, apa ada hal baru, misalnya menulis buku, dengan lantang Fahmi mengakuinya.
“Hal-hal baru tentu selalu ada, menulis buku adalah target utama,” cetusanya.
Soal harapan, ayah dua anak ini mengatakan, dengan gelar doctor yang digenggamnya saat ini, semata-mata menunjukkan kepada masyarakat Siri Sori Islam Khususnya dan Maluku umumnya aahwa pendidikan itu sangat penting.
“harapannya, yang pertama dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan. Dan yang kedua, semoga kedepan, bukan saya sendiri, tapi ada generasi Siri Sori lainnya juga bisa lanjut ke jenjang S3,” pungkas pria yang telah berhasil menulis lima buah buku itu. (**)
**Biografi**
Madrasah Ibtidaiyah Siri Sori Islam, masuk 1978 lulus 1984.
Madrasah Tsanawiyah Siri Sori Islam, masuk 1984 lulus 1987.
Aliyah Siri Sori Islam, masuk 1987 lulus 1990.
S1 IAIN Ambon 1990 lulus 1995, Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah filsafat.
S2 UGM Jogyakarta masuk 2003 lulus 2005.
Dan S3 Filsafat, UGM Jogyakarta, masuk 2006, lulus 3 Nopember 2009.
**Hasil Karya Sang Doktor**
1. Buku Nasionalisme kaum pinggiran, dari Maluku, tentang Maluku untuk Indonesia.
2. Kedua, Jumawa Syndrome Lemming FKM/RMS.
3. Ketiga Bakanor; Budaya Kelautan, Agama, RMS dan Nasionalisme.
4. Buku “19 Januari 99” Kisah Lelaki Berjubah Ditengah Konflik Ambon.
5. Buku Said Perintah, Rekayasa Kolonial dan Pengkhianatan Thomas Matulessy dalam Perang Pattimura.