Ghye Saimima Ranking 2 (4 Bintang)
Jumlah posting : 223 Lokasi (KOTA-PROV) : Kebun Cengkih Ambon Registration date : 12.06.07
| Subyek: Bakumpul Basudara Dan SMS Bang Fahmi Sat Sep 29, 2007 9:14 pm | |
| Salah satu Acara Bakumpul Basudara Di AmannoBakumpul Basudara Dan SMS Bang Fahmi Malam itu di salah sudut Kafe Hatukau Jl.Pantai Mardika duduk bergerombol saya dan beberapa teman diantaranya Dino Pattisahusiwa, Chen Pical juga ada Bang Azis. Sambil mendengar lantunan lagu-lagu pop Ambon dan menikmati secangkir kopi susu panas, kamipun terlibat diskusi-diskusi kecil ala warung kopi, tanpa tema, tanpa pemateri, tanpa moderator, apalagi notulen. Sambil sekali-kali diselingi kelakar dan canda, diskusipun (atau mungkin paling tepat disebut cerita kewel) berlangsung seru hingga larut malam.
Ini bukan malam pertama kami kumpul, mungkin sudah puluhan bahkan ratusan kali tempat ini menjadi saksi bisu pergulatan ide –ide liar, sesama anak-anak muda Sissodido dalam memandang dinamika warga, mulai dari hal yang sepele sampai yang agak serius. Memang lucu sih, ide-ide liar itu hanya bisa tersalurkan lewat cerita-cerita kewel di rumah-rumah kopi, tapi mau bagaimana lagi, inilah kondisi rill warga kita, yang ibarat tidak mempunyai “Rumah Tua (duma mutualo)” sebagai tempat berlindung dan berbagi dengan sesama warga. Pada hal, kita tau bersama kita mempunyai “Rumah Tua” yang bernama IKASSI, namun sayangnya “Rumah Tua” IKASSI hanya ramai pada awal-awal tanggal muda, atau mungkin pada saat ada keluarga kita yang wafat atau nikah. “Rumah Tua” yang seharusnya menjadi “hamatanno” dalam menyiapkan dan meramu format strategi taktis pengembangan sumber daya warga ke depan, nyatanya hanya tertarik dengan acara-acara seremoni yang insya Allah adik-adik SMP juga bisa melakukannya. Kalau “Rumah Tua” IKASSI sunyi, sebenarnya ada tempat alternatif untuk kumpul dan shering sesama warga, khususnya pada level anak-anak yaitu “Taidanno” yang bernama IPPMASSI. Cuma sama, Taidanno juga sunyi dan miskin kreatifitas. Jangan heran warga hanya pasrah dan cuman bisa melampiaskan unek-uneknya dalam bentuk (meminjam istilah Ham Sahupala) Pengkewelan, ya, hanya dalam bentuk pengkewelan. Kembali ke malam itu, di kafe Hatukau. Dino menunjukan kepada saya beberapa sms dari bang Fahmi Salatalohy, yang katanya juga resah dengan kondisi warga. Saya membacanya dan menyerahkan kembali ke Dino. Mungkin karena suasana kafe yang terlalu berisik saat itu, saya tidak terlalu memperhatikannya, yang pasti ada hal yang membuat saya penasaran akan isi sms itu. Setelah bubar malam itu dan kami kembali ke rumah masing-masing, sambil menunggu sahur saya mencoba mengingat-ngingat kembali bunyi sms bang Fahmi, dan yang terekam dalam memori saya hanya kalimat “....Yang Lahir Generasi Babal Feodal Tanggung Jawab Siapa?” Wow ini menarik, cuman karena kalimatnya terputus, saya belum bisa memaknai pasti maksudnya, tapi feeling saya mengatakan, ini pasti tidak jauh dari realitas kehidupan sosial warga sissodido. Paginya saya langsung SMS Dino agar mem forward SMS-SMS bang Fahmi ke nomor saya, dan Alhamdulillah Dino langsung memforwardnya. Dari sekian smsnya ada sms yang berbunyi “Konsep i louwe basudarao, fungsinya dipikirkan ulang, jangan hanya untuk kawin, punya anak dan selesai, tapi azas manfaatanya..?? berapa persen untuk kawin dan sisanya untuk sekolah atau yang lain ? jangan hanya urus anak dan perut, yang lahir generasi babal – feodal, tanggung jawab siapa..??Semua orang berdoasa gara-gara konsep yang tidak jelas itukan...????
Saya membaca sms ini berulang-ulang, tanpa sadar saya menghidupkan komputer dan merangkai kata-kata ini. Bagi orang lain mungkin sms ini hanyalah rangkaian kata-kata biasa, tetapi bagi saya sms ini mempunyai nilai hentak yang kuat. Saya mengulang-ngulang kosa kata Bakumpul Basudara (Louwe Basudarao). Sepengetahuan saya Louwe Basudarao merupakan salah satu kearifan lokal (local wisdom) yang dimiliki oleh desa kita, dan sudah menjadi icon budaya negeri Siri Sori Islam. Saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar soal yang satu ini, karena semua warga di mana saja melakoninya. Saya mencoba kembali melihat pesan apa yang ada di sms ini, dan saya melihat apa yang tertulis di sms bang Fahmi ini mungkin bukan hal yang baru bagi saya. Dalam satu kesempatan diskusi yang bertemakan “Louwe Basudarao: Antara budaya dan Ajang konsolidasi Warga” yang dilakukan Pengurus IPPMASSI, bang Bollah Toisuta juga pernah mewacanakan ini, bahwa Bakumpul Basudara masih mempunyai banyak potensi yang bisa digali, untuk kepentingan warga bukan hanya sebatas datang makan pulut dan selesai. Lalu apa yang menarik dari sms ini..??
Saya memandang atau boleh dibilang saya menerka, bahwa apa yang ada di sms ini merupkan ekspresi seorang anak muda sissodido calon doktor yang memandang pentingnya tanggung jawab bersama warga (IKASSI) terhadap peningkatan sumber daya manusia amanno, walaupun saya yakin bang Fahmi sampai pada titik yang sekarang ini merupakan hasil dari one man show, BUKAN ditunjang atau dibackup oleh sebuah sistem yang terukur dan terencana (IKASSI). Saya memandang IKASSI sudah tidak bisa lagi mengharapkan atau menunggu akselerasi tiap-tiap warganya untuk berjuang sendiri-sendiri, tetapi IKASSI sudah harus ada pada tahap mendorong dan mempasilitasi warganya. Peningkatan sumber daya warga amanno jangan hanya dimaknai sebagai memfasilitasi mereka-mereka ke jenjang pendidikan formal tetapi juga pendidikan non formal. Apa bila ini tidak disiapkan dari sekarang, bisa jadi hipotesa bang Fahmi bahwa suatu saat nanti akan ada lempar tanggung jawab di antara kita atau anak cucu kita, bila yang kita temui nanti di masa yang akan datang adalah Generasi Muda Sissododo Yang Babal dan feodal.
Pintu untuk menjawab tanggung jawab bersama itu, salah satunya adalah melalui acara Bakumpul Basudara. IKASSI yang memegang lisensi acara ini, harus berani membuat terobosan-terobasan baru, yang salah satunya mengeluarkan aturan tentang penyisihan sekian persen dari total dana yang terkumpul untuk keperluan pengembangan sumber daya amanno. Saya kemudian teringat cerita teman-teman saya dari negeri lain, Bisakah kita belajar dari negeri-negeri “Hatuhuhunno” yang berani berkorban materi demi peningkatan sumber daya manusia mereka, sehingga mereka mampu menjaga hegemoni kekuasaan mereka saat ini. Sebuah ironi bagi dunia pendidikan kita saat ini, yakni di satu sisi, kita bangga menyisihkan puluhan juta rupiah tiap bulan untuk sebuah acara seremoni pernikahan warga, yang endingnya, maaf cuma urusan tehulo saja, sementara masih banyak anak-anak kita, sudara sudara kita di amanno yang tidak mampu melanjutkan sekolahnya karena masaalah finansial.
Setau saya, lowue basudarao mempunyai makna dan pesan sosial yang tinggi, tanpa memperhatikan sekat-sekat sosial warga kita saling bahu membahu membantu. Makanan yang dihidangkanpun adalah nasi pulut, yang menurut Bang Bollah Toisuta nasi pulut mempunyai nilai filosofi Persatuan warga, karena nasi pulut bagaimanapun tidak akan bercerai bilah jatuh ke tanah, dia akan tetap dalam gumpalannya, ini berbeda dengan nasi kuning atau nasi putih, yang akan bercerai bila jatuh ke tanah.
Saya kemudian berkesimpulan bahwa, harus ada media atau forum untuk terus mengeluarkan unek-unek ini, biar dia tidak hanya liar di warung-warung kopi. SMS bang Fahmi ini baru mengingatkan kita pada salah satu sektor kehidupan, yakni pendidikan, kita belum membicarakan bagaimana distribusi warga ke bidang ekonomi, birokrasi, politik, akademisi, dan lain lain.
Saya kemudian menawarkan solusi "Sudah saatnya Rumah Tua kita harus difugar, dindingnya dicat kembali, atap yang bocor kita ganti dengan atap yang baru, intinya Rumah Tua harus dihilangkan suasana angkernya selama ini, biar semua orang bisa masuk dan berkomunikasi di sana. Penanggung jawab rumah tuapun kalu bisa sudah harus diberikan kepada momo-momo yang lebih muda dan cekatan, biar momo-momo yang sakarang diangkat jadi penasehat saja. Lantas, oleh kaki siapakah bola ini harus ditendang..? Haruskah ada pemotongan satu generasi..?
Akhirnya, sayapun tersenyum di depan komputer dan saya sadar ternyata saya juga sedang melakukan proses pengkewelan terhadap monitor komputer, karena bisa saja, cuma dia yang tau apa yang saya tulis..semoga monitor ini tidak berkata.. “O SAHOA NA...A..A...!!!!!!!!!!” | |
|
Darwis Ranking 5 (1 Bintang)
Jumlah posting : 74 Age : 39 Lokasi (KOTA-PROV) : Jakarta Registration date : 30.12.07
| Subyek: Re: Bakumpul Basudara Dan SMS Bang Fahmi Mon Jan 14, 2008 8:51 pm | |
| bt sutuju abiezt de dengan abg/om ghye....masalah di atas harus ditinjau kembali manfaat baik dan buruknya bagi masyarakat SSI...karena terus terang walapun bakumpul basudara di lakukan dengan hati yang ikhlas...bagaimana pun hal tersebut memberatkan.....kalo zn salah dengar sudah ada sebuah sistem yang mengatur utk urusan nikah ya??....katanya sudah pake sistem antrian jadi tidak terlalu memberatkan basudara yang ada dalam hal memberikan uang bakumpul???tapi dengar2 juga bahwa kalo pake antrian maka akan menumpuk dibelakang....dan mungkin yang tadinya mau nikah tgl sekian bisa di undur cm gara2 antrian????yang biking bt resah yaitu ketika ada basudara yang tidak bisa hadir atau memberikan sumbangan maka akan dianggap remeh dan mungkin bisa saja di acuhkan dari kalangan basodarao....mgkn dari salah satu sisi org tsb tidak mempunyai rasa persaudaraan tapi bisa saja karena ketidakmampuan dia hadir dalam acara tsb dll.....jangan sampai hal ini membudaya dan dijadikan suatu kewajiban bagi katong samua karena terus terang bisa memberatkan....yang pasti banyak hal positif jg yang bisa katong dapat dalam bakumpul basudar.... | |
|