M.Thahir Saimima, SH, MH

Nama M. Thahir Saimima, sempat menjadi sorotan publik, khususnya di kalangan masyarakat Maluku. Vokalis asal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini, tiga tahun silam, diam-diam namanya bertengger diantara tujuh nama yang lolos terpilih oleh tim DPR RI sebagai komisioner di Komisi Yudisial (KY) atau setingkat dengan menteri.
Sebuah lembaga anyar yang bertugas mengawasi perilaku para hakim. Lembaga ini dibentuk berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial yang disahkan di Jakarta pada tanggal 13 Agustus 2004.
Setelah melalui seleksi yang ketat, terpilih 7 (tujuh) orang yang ditetapkan sebagai anggota Komisi Yudisial periode 2005-2010 melalui Keputusan Presiden tanggal 2 Juli 2005. Mereka adalah, Busyro Muqoddas, Irawady Joenoes, Zaenal Arifin, M Thahir Saimima SH, Chadamarrasji, dan Mustofa Abdullah.
Dan selanjutnya pada tanggal 2 Agustus 2005, ketujuh anggota Komisi Yudisial mengucapkan sumpah dihadapan Presiden, sebagai awal memulai masa tugasnya. Kehadiran lembaga ini sempat membuat ciut nyali para hakim di negara ini.
Thahir merupakan satu diantara sejumlah tokoh Maluku yang memiliki prestasi yang cukup gemilang, diantara anak daerah Maluku, setelah berlalunya masa keemasan sejumlah tokoh Maluku di pentas nasional.
Masuk sebagai personil lembaga negara ini, mantan anggota DPR RI ini, harus bersaing ketat dengan ratusan perserta lainnya dengan berbagai latar belakang yang beragam, mulai dari akademisi, praktisi hukum hingga sejumlah pakar hukum yang sudah kenyang pengalaman.
Bagi yang tak mengenal lebih jauh pria kelahiran Desa Siri-sori Islam, 20 Juni 1953 ini, pastinya akan bertanya-tanya akan gerangan sosok yang satu ini. Putra kedua dari pasangan Nawawi Saimima - Keptia Tuhepaly, ini memang bukan merupakan orang baru di dunia penegakan hukum.
Sejatinya, Thahir sudah dikenalkan dengan dunia hukum sejak menanjak masa remaja puluhan tahun silam.
Ditemui ProFiles di kantornya Jalan Abdul Muis Jakarta Pusat dua pekan lalu, dia banyak berkisah tentang perjalanan hidupnya. Apa yang diraihnya saat ini, kata dia, bermula dari sebuah inspirasi yang diperoleh dari kakeknya Arifudin Tuhepaly.
Sang kakek merupakan salah satu tokoh masyarakat di desanya yang sering memperjuangkan hak-hak warga berupa tanah, bila terjadi sengketa antar sesama warga kala itu. Suatu ketika, sang kakek memboyongnya ke kota Saparua (kota kecamatan) untuk menyelesaikan sebuah sengketa tanah yang meilit warga setempat.
Thahir kecil kemudian mendampingi sang kakek sebagai juru tulis saat itu. Apa yang terjadi saat itu perlahan mulai diserap, ilmu sang kakek pun perlahan menular secara alamiah.
Bekal pengalaman inilah yang membuatnya semakin pasti melangkah lebih jauh. Ia menempuh pendidikan di SDN Siri-sori Islam (lulus tahun 1965) dan SMEPN Saparua (lulus tahun 1968). Selama mengenyam pendidikan di SMEA Negeri Saparua (1969-1971), ia sudah menunjukan telenta sebagai seorang pemimpin dengan menjadi ketua Pelajar Islam Indonesia (PII) Kecamatan Saparua. Selepas SMEA, ia melanjutkan kuliah di Jurusan Hukum Universitas Pattimura, Ambon.
Di bangku kuliah ia pernah menjadi Ketua Komisariat HMI Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon, Ketua I HMI cabang Ambon, Ketua Biro Pendidikan pada Pelajar Islam Indonesia wilayah Maluku, hingga menjadi Ketua Senat I Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon serta Wakil Sekretaris DPD-Pelayanan Rakyat (Pelra) Maluku.
Di akhir studinya, penerapan ilmu yang diperoleh mulai terlihat, dia masuk menjadi pengacara bersama beberapa temannya. M. Thahir Saimima pernah bekerja sebagai Penasehat Hukum/Pengacara Praktek pada Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Maluku (1976-1986), Advokat (1986), serta Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan pada Kantor Walikota Ambon (1980-1986).
“Yang paling berkesan saat itu, saya pernah menjadi kuasa hukum dalam sebuah kasus, yang melibatkan dosen saya sebagai kuasa hukum dari pihak yang kami lawan. Kasus itu akhirnya dimenangkan oleh pihak kami. Saat itu saya merasa tidak nyaman karena harus melawan sang dosen. Tapi itulah hukum, yang benar harus tetap diperjuangkan. Keraguan pun menghilang, tat kalah sang dosen juga ikut memberikan suport kepadanya ”ungkapnya mengenang.
Lama melanglang buana di dunia advokat, pria bertubuh besar ini mulai merambat karier kedunia politik sebagai kader PPP Wilayah Maluku. Karir politiknya adalah sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Maluku, dimana juga menjabat sebagai Ketua Komisi C/Keuangan (1992-1994), Ketua Komisi B/Perekonomian (1994-1997), Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Maluku (1997-1999). Sampai akhirnya memimpin DPW PPP Maluku menggantikan seniornya Hi Azis Imran Pattisahusiwa,orang yang ikut membesarkannya sebagai kader partai berlambang Ka’bah itu.
Kematangan dalam dunia politik juga membawahnya masuk dalam jajaran pengurus pusat PPP,tat kala pada tahun 1999-2004, ia menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat, dan pernah menjabat sebagai Wakil Sekretaris Fraksi PPP (1999-2001) dan Wakil Ketua Fraksi PPP (2001-2004).
Modal inilah yang membuatnya cukup diperhitungkan, ditambah sikapnya yang low profile dengan pembawaan yang cukup tenang dan supel menjadikan alumunus Magister Fakuktas Hukum Jayabaya Jakarta, ini cukup disegani dan dekat dengan siapa saja. Berbagai prestasi pun dicapai saat duduk sebagai wakil rakyat di Senayan.
Meski karirnya cukup meroket, namun ayah dari B. Akhmad Ramdani Saimima dan Ahmad Nawawi Qadri Saimima, ini mengaku masih memiliki obsesi yang besar, ingin memberikan yang terbaik buat daerah Maluku.
“Sebagai anak daerah, kita tentunya merasa bertanggung jawab untuk bersama-sama membangun daerah Maluku. Ini yang terus kita perjuangkan dan kedepan kita harapkan semua itu bisa tercapai dengan maksimal,”ungkapnya.
Kini dengan jebatan Wakil Ketua Komisi Yudisial, tentunya obsesi untuk melihat daerah Maluku lebih maju akan terus diperjuangkan. Di bidang penegakan hukum misalnya, dia menginginkan agar kedepan penegakan hukum bagi pencari keadilan di Maluku akan jauh lebih baik. Sudah tentu perilaku hakim –hakim yang nakal dalam menjalankan tugas akan menjadi perioritas untuk dibenahi.
“Kita berharap kedepan masyarakat pencari keadilan lebih bersikap proaktif, untuk melaporkan berbagai kejanggalan dan praktek mavia peradilan yang terjadi di Maluku, bila ini tidak dilakukan maka akan sulit untukdibasmi,” tegasnya.
Bukan saja itu, berkat talenta dan akses yang dimiliki selama ini, dia pun banyak memberikan kontribusi bagi pengembangan dan pembangunan di daerah, sebut saja perjuangan pembentukan beberapa daerah pemekaran dan sejumlah persoalan lainnya yang pernah terjadi di daerah Maluku.
========================
BIODATA

Lahir : Sirisori Islam, Saparua, 20 Juni 1953

Jabatan : Wakil Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia

Agama : Islam
Anak : B. Akhmad Ramdani Saimima dan Ahmad Nawawi Qadri Saimima
Orang Tua : Nawawi Saimima - Keptia Tuhepaly

Pendidikan :
SD Negeri Sirisori Islam (1965)
SMEP Negeri Saparua (1968)
SMEA Negeri Saparua (1969-1971)
Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Pattimura, Ambon

Karir :
Penasehat Hukum/Pengacara Praktek pada Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Maluku (1976-1986)
Pegawai Tetap Bank Indonesia Cabang Ambon (1977-1980)
Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan pada Kantor Walikota Ambon (1980-1986)
Kepala Seksi Pengawasan Keuangan pada Sekretariat Panitia Pemilihan Daerah (PPD) II Kotamadya Ambon (Pemilu 1982)
Advokat (1986)
Anggota Panitia Pelaksanaan Pemilu (PANWASLAK) Propinsi Dati I Maluku (Pemilu 1992 dan 1997)
Ketua Komisi C/Keuangan (1992-1994)
Ketua Komisi B/Perekonomian (1994-1997)
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi Maluku (1997-1999)
Anggota Dewan perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI, 1999-2004)
Anggota Komisi II
Anggota Badan Legislatif
Anggota Badan Musyawarah
Wakil Sekretaris Fraksi PPP (1999-2001)
Wakil Ketua Fraksi PPP (2001-2004)
Wakil Ketua Pansus RUU pembentukan Propinsi Riau
Wakil Ketua Pansus RUU Otonomi Khusus Papua
Wakil Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia
==============================================
Ket : Tulisan ini pernah dimuat di Majalah ProFiles terbitan Makassar. Kebetulan beta sekarang jadi kepala perwakilan Majalah ProFiles untuk wilayah Maluku.Jadi katong saling kas basar toh?. Dan bagi yang membaca tulisan ini, sekiranya dapat menjadi inspirasi bagi semua anak Negeri Siri-Sori Islam untuk berusaha lebih maju, mengikuti jejak para senior kita. Wassalam.....

Beta Ilmu kadang lebe sadiki dar giman, tapi belakangan dia kayak su lebe sadiki lai. Kalau yang lain kayak uceng, bat deng Ham,. dong cuma tahu teknologi SMS dengan telpon saja.

Tugas babang dong kayanya lebe barat, soalnya harus training bad dengan ham supaya dong bisa online disini.atau dong talalu sibuk deng pilkada ka apa?

buat dino...
boleh edit sedikit ya.....seng apa-apa kan...?
"namanya bertengger diantara tujuh nama yang lolos terpilih oleh tim DPR RI sebagai personil pada lembaga Tinggi Negara Komisi Yudisial RI (KY)" bukan Personil tapi KOMISIONER atau Anggota yang jabatan nya setingkat dengan MENTERI
thanks ya....

ha ha ha aaaaaaaaaaaaa. Berarti dong memang su paleng payah.