Ring Satu Kebobolan
Puluhan Aktivis RMS Beraksi di Depan Presiden Yudhoyono
Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-14 yang berlangsung di Lapangan Merdeka, Ambon, diwarnai kericuhan saat sekelompok “penari liar” mencoba mengibarkan bendera Republik Maluku Selatan (RMS) di depan presiden dan ribuan peserta Harganas. Para penari liar itu tampil memperagakan tarian cakalele atau tarian perang saat Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu sedang membawakan pidato sambutan.
Setelah menari sekitar 15 menit, secara mengejutkan, seorang penari tiba-tiba mengeluarkan bendera RMS berkukuran besar dari balik celananya dan hendak dibentangkan di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bendera itu belum sempat berkibar karena direbut aparat keamanan. Kegiatan liar ini langsung dibubarkan aparat keamanan dari TNI dan polisi. Bahkan, Kepala Badan Intelijen Negara Syamsir Siregar, Panglima Kodam XVI Pattimura Mayjen Sudarmaydi Soabandi, Kepala Polda Maluku Brigjen Guntur Gatot Setyawan langsung turun dari podium utama untuk mengamankan para “penari liar” tersebut.
Aparat keamanan yang mengusir para “penari liar” ini dari arena Harganas mendapat perhatian dari ribuan undangan Harganas yang hadir. Beberapa penari bahkan mencoba menghalau aparat keamanan dengan tombak yang mereka bawa sebagai alat peraga dalam tarian cakelele. Penampilan orang-orang tidak dikenal yang beraksi sekitar 15 menit ini tanpa sepengetahuan panitia. Dalam susunan acara yang dibuat panitia, tidak ada acara tarian ini. Polisi menyita sejumlah perlengkapan yang digunakan berupa bendera RMS berukuran 5,90 meter x 3 meter, puluhan bendera RMS berukuran 40 x 30 meter, tombak, parang dan selebaran.
Sebelum memberi sambutan, Presiden Yudhoyono secara tegas meminta agar gerakan separatis ini ditindak secara tegas. “Kita junjung tinggi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Atas nama konstitusi, kita harus beri tindakan tegas setiap upaya melawan NKRI. Ini tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kesatuan bangsa dan negara harus kita junjung tinggi dan tegakkan,” tandas Yudhoyono.
Presiden juga meminta pejabat berwenang menindaklanjuti masalah ini sesuai hukum yang berlaku. “Saya minta dilakukan investigasi,” katanya.
Sebelum berangkat ke Ambon, presiden ternyata telah mendapat informasi akan ada gangguan keamanan. Namun dia tetap memilih berangkat ke Ambon dan sebelumnya telah meminta pemerintah daerah Maluku untuk mempersiapkan acara dengan baik.
Dari peristiwa ini, 28 aktivis RMS yang menjadi penari liar ini telah diamankan. Sebagian diamankan di Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, sebagian lagi ditahan di Detasemen Khusus 88 Polda Maluku. Mereka yang ditahan Johan Teterisa (koordinator), Nus Malawaw, Joni sinay, Joni Riry, Stevi Saija, Melky Riry, Piter Saija, Boby Saija, Fely Malawaw, Ruben Saija, Yohanis Saija, Maryo Leitour, Sias Sinay, Tete Akihary, Joni Saija, Ferjon Saija, Charlis Riry, Yoyo Saija, Leko Hendrik, Semol Hendrik, Ferdinand Rajawane, Elsana Saija, Melky Sinay, Piter Yohanis, Yakobis Sinay, Abraham Saija, Yoris Sinay, dan Mercy Riry.
Sebagian besar dari para penari liar ini adalah bekas tahanan kasus makar yang terlibat pengibaran bendera RMS pada sejumlah tempat di Pulau Ambon dan Pulau Haruku pada tahun 2004 dan 2005. Mereka sebagian berasal dari Desa Aboru, Kariuw, Haruku, dan Sameth, Kabupaten Maluku Tengah.
Upaya mengibarkan bendera RMS di hadapan presiden dan sejumlah tamu negara termasuk sejumlah menteri kabinet, 27 gubernur, dan 300-an bupati/walikota itu untuk sengaja dilakukan untuk menunjukkan eksistensi RMS di Maluku. Abraham Saija, salah satu tersangka RMS yang ditangkap mengungkapkan, untuk persiapan aksi ini mereka telah melakukan rapat sebanyak empat kali sejak sebulan lalu.
Rapat pertama dilakukan di Desa Aboru, Kecamatan Haruku, Maluku Tengah. Rapat dilanjutkan di Desa Hutumury, Kecamatan Lei Timur Selatan, Ambon. Rapat ketiga di Kelurahan Batugantung, Kecamatan Sirimau, Ambon. Terakhir, rapat persiapan para aktivis RMS ini dilakukan di Kelurahan Mardika, semalam jelang Harganas dilakukan.
Seorang perwira TNI di Kodam XVI Pattimura mengatakan, bobolnya ring satu pengamanan yang di jaga super ketat itu disebabkan pihak panitia Harganas tidak pernah mengkoordinasikan perubahan acara yang sering berubah-ubah kepada aparat keamanan. Hal ini lantas membuat aparat keamanan bingung dengan pihak-pihak yang terlibat sebagai pengisi acara. “Agenda sering berubah-ubah dan kami tidak pernah dikoordinasikan,” kata perwira yang enggan identitasnya diketahui.
Meskipun sempat terganggu dengan aksi puluhan aktivis RMS saat perayaan Harganas, Presiden Yudhoyono tetap melakukan shalat Jum’at bersama masyarakat Muslim Ambon di Mesjir Raya Al-Fatah. Presiden disambut riuh ribuan masyarakat sejak datang hingga pulang. Saat berdesak-desakan dengan masyarakat yang hendak bersalaman, presiden tampak kewalahan hingga membetulkan kopiahnya yang sudah miring. (blasteran elhau)